Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Siap Lawan Turki, DPR Mesir Setujui Intervensi Militer Ke Libya

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Selasa, 21 Juli 2020, 09:47 WIB
Siap Lawan Turki, DPR Mesir Setujui Intervensi Militer Ke Libya
Mesir siap kerahkan pasukan ke Libya/Net
rmol news logo Mesir tampak serius dengan langkahnya untuk melakukan intervensi militer dalam konflik Libya. Meski niat tersebut dikecam habis-habisan oleh Turki.

Setelah melakukan pertemuan kelompok Khalifa Haftar pada pekan lalu, Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi mengatakan tidak akan diam jika keamanan negaranya dan Libya terancam.

Alhasil, pada Senin (20/7), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang didominasi pendukung el-Sisii meloloskan rencana penempatan pasukan Mesir di luar negeri.

Dalam sesi tertutup, DPR mengatakan, pasukan bersenjata dapat dikerahkan ke luar negeri untuk memerangi milisi kriminal dan kelompok-kelompok teroris asing di front barat. Pengerahan juga dilakukan untuk melindungi keamanan nasional Mesir.

Mengutip DW, sebelum melakukan pemungutan suara di DPR, el-Sissi diketahui telah melakukan pembicaraan dengan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump dan meyakinkannya bahwa intervensi Mesir ditujukan untuk mencegah memburuknya konflik di Libya. Keduanya pun sepakat untuk mempertahankan gencatan senjata.

AS merupakan sekutu dekat Mesir dan Turki. Dalam konflik Libya, Washington sendiri cukup khawatir dengan keterlibatan Rusia yang mendukung Haftar dan kelompoknya yang berasal dari Tentara Nasional Libya (LNA).

Sementara terkait langkah Mesir untuk melakukan intervensi militer ke Libya, tampaknya bisa memicu konfrontasi secara langsung dengan Turki yang menyebabkan perang proksi di sana semakin kacau.

Lantaran Turki selama ini memberikan dukungan kuat pada Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) di Tripoli.

Konflik Libya muncul sejak 2011, setika terjadi pemberontakan sipil yang didukung NATO untuk menggulingkan pemimpin diktator Muammar Ghadafi.

Kekuatan di Libya terpecah antara GNA dan LNA. GNA selama ini didukung oleh Turki, Italia, dan Qatar. Sementara LNA didukung oleh Mesir, Uni Emirat Arab (UEA), dan Rusia. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA