Selain membahas perkembangan terkini di Libya dan Suriah, kedua pemimpin itu juga membahas hubungan bilateral dan ekonomi serta pariwisata kedua negara, juga tentunya tentang perang melawan virus corona, dikutip dari
AA, Rabu.
Belum didapat keterangan terperinci isi percakapan kedua tokoh negara itu.
Sebelumnya, Menlu Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan bahwa solusi terbaik untuk mengatasi konflik di Libya adalah solusi politik, bukan solusi militer.
"Satu-satunya solusi di Libya adalah solusi politik. Kami telah mengatakan hal yang sama sejak awal," kata Mevlut, saat melakukan konferensi dalam kunjungannya di Niger.
Libya telah berada dalam kekacauan sejak 2011 ketika perang saudara menggulingkan diktator lama Moammar Gadhafi, yang kemudian terbunuh. Sejak saat itu Libya telah terpisah antara administrasi di timur dan barat, masing-masing didukung oleh kelompok bersenjata dan pemerintah asing.
Pasukan di bawah Haftar melancarkan serangan yang mencoba mengambil alih Tripoli pada April 2019, dan krisis di negara kaya minyak itu terus memburuk ketika pendukung asing semakin mengintervensi meski berjanji hal yang sebaliknya pada pertemuan perdamaian tingkat tinggi di Berlin awal tahun ini.
Serangan Haftar didukung oleh Prancis, Rusia, Yordania, Uni Emirat Arab dan negara-negara utama Arab lainnya. Pemerintah yang sah di Tripoli didukung oleh Turki, yang mengirim tentara dan tentara bayaran untuk melindungi ibu kota pada Januari, serta Italia dan Qatar.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: