Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pandemik Belum Selesai WHO Malah Garap Film Dokumenter Penanganan Covid-19, Ambil Lokasi Di Thailand Dan Selandia Baru

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Kamis, 23 Juli 2020, 14:46 WIB
Pandemik Belum Selesai WHO Malah Garap Film Dokumenter Penanganan Covid-19, Ambil Lokasi Di Thailand Dan Selandia Baru
Seorang kru film di National Institute of Health saat syuting film dokumenter tentang kisah penanganan Covid-19/Net
rmol news logo Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dikabarkan tengah membuat film dokumenter tentang kisah-kisah sukses penanganan untuk mengendalikan pandemik Covid-19, Thailand dan Selandia Baru dipilih sebagai lokasi pembuatan film.

Kabar mengenai hal itu didapat dari postingan Direktur Departemen Ilmu Kesehatan Institut Nasional, Ballang Uppapong, di akun Facebooknya.

Seorang pejabat WHO di Thailand telah mengkonfirmasi kepada Bangkok Post pada Rabu (22/7) bahwa film dokumenter tersebut  memang benar sedang diproduksi. Namun tidak ada rincian lebih lanjut dari proyek ini, seperti dikutip dari Bangkok Post, Kamis (23/7).

Dokter Ballang berbagi sebagian dari percakapan dalam film dokumenter saat syuting di kantornya. Ballang menjawab pertanyaan tentang jumlah laboratorium yang dapat menguji Covid-19 juga tentang seberapa pentingnya untuk memiliki kapasitas lab yang besar.

“Direktur Jenderal Departemen Ilmu Kedokteran memiliki kebijakan 'one lab, one province, one-day reporting'. Saat ini, ada 207 laboratorium di seluruh negeri,” jawabnya.

Kasus yang dikonfirmasi akan segera diisolasi untuk mengurangi risiko kematian serta akan diidentifikasi, dilacak dan dikarantina, kemudian dipantau selama 14 hari, tambahnya.

Sementara itu, Thira Woratanarat, dekan Fakultas Kedokteran di Universitas Chulalongkorn, menyuarakan keprihatinannya di Facebook bahwa negara itu memiliki resiko tinggi terhadap gelombang kedua Covid-19 karena kebijakan pemerintah untuk membuka diri terhadap pengunjung asing.

“Kami sekarang menghadapi risiko lebih tinggi terkena infeksi virus yang mematikan pada saat pembatasan sedang dibuka,” kata Dr Thira.
“Pelajaran yang dipetik dari luar negeri menunjukkan wabah biasanya ditemukan dua hingga enam minggu setelah itu,” jelasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA