Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Jubir China: Ada Maling Teriak Maling

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Kamis, 23 Juli 2020, 15:45 WIB
Jubir China: Ada Maling Teriak Maling
Ilustrasi/Net
rmol news logo Tiongkok mengatakan yang selama ini melakukan kegiatan spionase terluas di dunia justru adalah Amerika Serikat, bukan China. Demi memanipulasi politik dan taktik untuk keluar dari dilema tanggapan Covid-19 yang tidak kompeten, AS malah menuduh Tiongkok meretas dan memata-matai mereka tanpa investigasi dan bukti substantif.

Jurubicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok bahkan secara terang-terangan meminta AS untuk menghentikan cara-cara mereka mencoreng pemerintah China dengan tuduhan semacam itu.

“Kami menuntut agar AS segera berhenti mencoreng China pada keamanan siber," kata jubir Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin pada jumpa pers, seperti dikutip dari Global Times, Rabu (22/7).

“AS telah melakukan kegiatan spionase terluas di dunia, tetapi AS melakukan tuduhan tak berdasar terhadap negara-negara lain atas serangan dunia maya. Ini seperti maling teriak maling," kata Wang.

Wang mengatakan dunia maya seharusnya tidak menjadi medan perang baru. Negara-negara yang mencari apa yang disebut hegemoni dunia maya melalui strategi dunia maya ofensif hanya akan menembak diri mereka sendiri.

Liu Xiaoming, duta besar Tiongkok untuk Inggris, mengatakan dalam sebuah tweet pada hari Rabu (22/7), bahwa tuduhan semacam itu merupakan penghinaan bagi para ilmuwan China dan pencapaian mereka. Juga dapat merusak kerja sama internasional dalam penelitian dan pengembangan. Dunia harus sangat menentang dan menolak klaim tidak berdasar seperti itu, kata Liu.

Tanggapan China datang setelah Departemen Kehakiman AS pada Selasa (21/7) menuntut dua pria Tiongkok yang diduga mencuri hasil penelitian virus coerona dan mendapatkan bantuan dari agen-agen negara China untuk pencurian lainnya.

Lu Xiang, seorang peneliti di Akademi Ilmu Sosial Tiongkok, mengatakan kepada Global Times bahwa apa yang disebut dakwaan tidak lebih dari replay trik lama, dan merupakan trik paling membosankan yang telah dimainkan AS untuk mengalihkan perhatian publik dari respon Covid-19 yang tidak kompeten.

Trik semacam itu hanya akan menjerumuskan orang Amerika lebih dalam lagi ke dalam kesulitan mereka, katanya.

AS telah menyalahgunakan tuntutan hukum terhadap sekelompok perusahaan dan individu China dalam beberapa tahun terakhir untuk menciptakan masalah politik, tetapi tidak melakukan penyelidikan yang sebenarnya dan hampir tidak pernah memberikan bukti kepada China, kata Lu. "Dengan demikian, tidak sulit untuk memahami manipulasi politik AS tentang masalah ini," katanya.

Di satu sisi, AS menggunakan yurisdiksi lengan panjang unilateral untuk menuntut beberapa institusi atau perusahaan China yang bahkan mungkin tidak ada, menciptakan ketidakpercayaan antara kedua negara, tetapi AS juga telah menerima banyak pelarian Tiongkok, dan bahkan menggunakannya untuk kegiatan anti-China, yang menimbulkan ancaman serius bagi keamanan nasional Tiongkok. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA