Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kisah Sedih Para Penjual Hewan Kurban Di India, Tahun Ini Kondisi Penjualan Benar-benar Sulit

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Jumat, 31 Juli 2020, 11:16 WIB
Kisah Sedih Para Penjual Hewan Kurban Di India, Tahun Ini Kondisi Penjualan Benar-benar Sulit
Seorang peternak hewan menunggu pembeli di atas becak bersama seekor kambingnya, di Allahabad, India/Net
rmol news logo Wabah virus corona membuat pasar sepi, transportasi lumpuh, dan tahun ini hewan kurban tidak banyak mendatangkan pembeli. Penghasilan yang menurun drastis bahkan banyaknya PHK, membuat orang tidak sanggup membeli hewan kurban. Sebaliknya, bagi mereka yang mampu membeli, mereka juga sulit mendapatkan hewan kurban.

Ketika mengetahui Pasar Mumbai, yang biasanya menjual hewan kurban setiap tahunnya, ternyata tutup pada tahun ini, Faisal Nadeem, nyaris kebingungan kemana lagi dia harus mencari hewan kurban, sampai akhirnya seorang kawan memberi informasi dia bisa membelinya secara online.

Dia pun kemudian bisa mendapatkan dua ekor kambing sampai di depan pintunya.

"Kami melihat foto-foto dan memilih kambing," kata Nadeem dikutip dari TN, Jumat (1/7). “Mereka mengirimkan kambing persis seperti yang saya pilih. Syukurlah semua menjadi mudah."

Dengan kasus virus corona yang dikonfirmasi di India sudah melewati 1,5 juta dan terus meningkat setiap harinya, pihak berwenang telah menutup atau membatasi pasar yang biasanya menjual jutaan kambing, domba, dan sapi untuk disembelih selama Idul Adha karena kekhawatiran penyebaran virus corona.

Di Maharashtra, di mana Mumbai adalah ibu kotanya, pemerintah negara bagian memerintahkan agar hewan untuk disembelih hanya dapat dibeli secara online.

Hal ini mengakibatkan banyak kebingungan di antara pelanggan dan pedagang yang menjual ternak.

Beberapa orang yang mencari hewan kurban, khawatir jika membeli secara online. Sebab, tanpa pemeriksaan fisik hewan yang mereka beli secara online bisa menjadi "cacat" atau tidak sehat, yang akan membuat hewan itu tidak layak untuk dikorbankan.

Kendala lain adalah banyak petani dan pedagang yang menjual hewan-hewan itu mengalami buta huruf, atau tidak paham menggunakan aplikasi, yang membuat mereka kesulitan menjual secara online.

“Tahun ini kerugian besar. Para petani tidak jelas tentang aturan yang harus kita ikuti,” kata Munendra Singh, seorang petani kambing yang berbasis di dekat ibukota, New Delhi.

Singh mengisahkan tentang sahabatnya yang terjebak di perbatasan Maharashtra bersama kambing-kambingnya. Jadi, hewan-hewan itu telah dipesan oleh pembeli di negara bagian secara online, tetapi ketika hewan itu hendak diantar truk yang mengangkutnya tidak diizinkan masuk ke wilayah itu karena adanya penutupan dan aturan pembatasan perjalanan.

"Terlalu lama di perbatasan menunggu dibuka, kambing itu akhirnya sedang sekarat di atas truk karena mereka tidak memiliki makanan dan air yang cukup, dan mereka mati lemas di truk," kisah Singh dengan nada yang sedih.

MJ Khan, ketua Kamar Dagang dan Pertanian India yang berbasis di New Delhi, mengatakan para petani sudah sangat terpengaruh oleh pandemik dan penguncian virus corona, dan pembatasan itu memengaruhi mereka pada waktu puncak untuk penjualan ternak.

"Harusnya ini adalah waktunya mereka meraup keuntungan. Setelah mereka mengalami kerigian karena pandemik dengan mahalnya biaya perawatan hewan, seharusnya inilah saat mereka mencari keuntungan yaitu di Hari Raya Kurban," katanya dengan sangat menyesal.

Menjual hewan secara online begitu banyak resikonya. Pandemik membuat setiap wilayah memiliki aturan yang berbeda yang tidak diketahui warga lainnya. Penjualan online juga membutuhkan tenaga kerja untuk pengantaran.

"Bahkan jika ada pembeli pun, para pedagang itu terbentur ada masalah logistik," kata Khan.

Kerugian ekonomi bagi petani akan sangat besar, dan dia telah melobi pemerintah negara bagian untuk melonggarkan pembatasan mereka tetapi tidak berhasil.

"Para konsumen tidak akan mendapatkan daging kambing pada waktunya," katanya.

Khan mengatakan para petani akhirnya terpaksa menjual hewan dan daging mereka secara lokal, tetapi dengan harga lebih murah yang terjangkau oleh penduduk pedesaan.

Beberapa telah beralih ke perangkat lunak konferensi video dan WhatsApp untuk memfasilitasi penjualan hewan.

Di Uttar Pradesh di India utara, lima alumni Universitas Muslim Aligarh di negara bagian itu meluncurkan situs web netlivestock.com awal bulan ini untuk membantu petani menjual kambing.

Syed Hasan, salah satu pendiri situs, mengatakan mereka memulai dengan mendekati petani lokal dan mengunggah informasi dan foto-foto hewan mereka atas nama mereka.

"Kami melakukan ini tanpa laba," kata Syed Hasan.

Namun, walau harga yang ditawarkan lebih murah pun, banyak orang tidak mampu membeli hewan untuk dikorbankan tahun ini setelah jutaan kehilangan pekerjaan karena dampak wabah virus corona.

"Karena pandemik, orang dalam krisis keuangan dan mereka belum membeli kambing," katanya. rmol news logo article 

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA