Ota Benga berada di kandang itu, dan hidup bersama orangutan peliharaan kebun binatang tersebut selama satu minggu. Selama itu pula lah, Ota Benga menjadi tontotan bagi ribuan pengunjung yang datang ke Kebun Binatang Bronx.
Kini, setelah 114 tahun berlalu, organisasi yang mengelola kebun binatang tersebut, yakni Wildlife Conservation Society (WCS), mengeluarkan permintaan maaf resmi atas kejadian tidak terpuji di masa lalu itu.
"Kami sangat menyesal bahwa banyak orang dan generasi telah dirugikan oleh tindakan ini atau oleh kegagalan kami sebelumnya untuk secara terbuka mengutuk dan mencela mereka," tulis Presiden dan CEO WCS Cristian Samper dalam sebuah pernyataan.
"Kami menyadari bahwa rasisme terbuka dan sistemik tetap ada, dan institusi kami harus memainkan peran yang lebih besar untuk menghadapinya," sambungnya.
Ota Benga sendiri merupakan warga suku Mbuti di Republik Demokratik Kongo saat ini. Suku Mbuti terkenal hidup di hutan hujan tropis Ituri.
Dia "dipajang" di rumah orangutan di kebun binatang tersebut selama beberapa hari dalam satu minggu hingga 8 September 1906. Ota Benga kemudian dibebaskan setelah menteri kulit hitam setempat mengungkapkan kemarahan mereka dan menuntut kebebasannya.
Sementara itu, menurut penulis yang mengabadikan kisah tragis Ota Benga ke dalam buku berjudul
"Spectacle: The Astonishing Life of Ota Benga", yakni Pamela Newkirk, Ota Benga mengalami kondisi yang tidak manusiawi selama dikurung di kandang orangutan.
Dia sering ditonton ratusan orang sekaligus ketika terperangkap di dalam kurungan besi dengan orangutan.
Bukan hanya itu, kata Newkik, Ota Benga juga hanya memiliki waktu singkat di luar kandang.
Setelah seminggu berada di dalam kurungan, Ota Benga mulai melawan dan mengancam para pekerja kebun binatang.
Ketika akhirnya dia dibebaskan, Pendeta James Gordon membawanya ke panti asuhan yang dia kelola di Weeksville, Brooklyn. Selang 10 tahun kemudian, Ota Benga ditemukan meninggal dunia karena bunuh diri.
Dalam pernyataan yang sama, seperti dikabarkan
CNN, WCS juga mengecam rasisme dan filosofi berbasis eugenika yang dikembangkan oleh dua pendirinya, Madison Grant dan Henry Fairfield Osborn.
Sebagai bentuk kesungguhan atas permintaan maaf tersebut, WCS berjanji untuk menjadi lebih transparan. Organisasi tersebut membuat semua catatan dan arsip terkait dengan Ota Benga agar bisa diakses oleh publik.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: