Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Saran Trump Untuk Menunda Pemilihan Adalah Keliru

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 01 Agustus 2020, 10:06 WIB
Saran Trump Untuk Menunda Pemilihan Adalah Keliru
Presiden Donald Trump saat mengunjungi pabrik masker di Phoenix Arizona/Net
rmol news logo Dalam serangkaian Tweet-nya, Presiden Donald Trump menyarankan penundaan pemilihan yang semula dijadwalkan pada 3 November 2020. Pandemik Covid-19 dan angka kasus yang tinggi di Amrika serikat menjadi alasan utama Trump untuk menggeser jadwal pemilihan.

Namun, tentu saja Trump tidak bisa semena-mena menentukan penundaan jadwal pemilihan. Presiden tidak memiliki kekuasaan untuk menunda pemungutan suara karena keputusan itu ada di tangan kongres.

Pandemik Covid-19 telah menghancurkan ekonomi global dan mengganggu kehidupan, yang kemungkinan besar juga mengubah lanskap politik di Amerika jelang pemilihan presiden 2020.

Warga Amerika akan menentukan suara mereka. Di tengah penyebaran Covid-19 yang menghantam AS, warga menentukan pilihannya melalui surat, bukan memilih secara langsung. Hal ini sebagai tindakan untuk menjaga jarak sosial. Hal itu yang dikhawatirkan Trump. Menurutnya, pemungutan suara melalui surat-surat pada pemilihan November mendatang, akan menjadi 'pemilihan yang paling tidak akurat dan curang dalam sejarah'.

“Ini akan sangat memalukan bagi AS. Maka, tunda Pemilu sampai orang dapat memilih dengan benar, aman dan aman,” tekan Trump dalam tweetnya.

Dalam kolom editorialnya, Guftnews menulis,  tidak ada bukti untuk mendukung klaim Trump bahwa pemungutan suara melalui surat akan mengalami kecurangan. Saran dari Trump menunjukkan betapa abah virus corona telah berdampak pada pemilihan. Dan ini belum pernah terjadi sebelumnya.

"Pertama, Presiden Trump tampaknya lebih khawatir dari sebelumnya bahwa peluangnya untuk terpilih kembali semakin berkurang," tulis editorial itu.

Para analis AS telah menyoroti bagaimana Trump merespon wabah virus corona dengan buruk, sehingga AS menjadi negara dengan kasus tertinggi virus corona. Hingga JUmat (31/7), AS mencatat lebih dari 4,7 juta orang yang terinfeksi virus corona dan lebih dari 156 ribu angka kematian.

Jajak pendapat yang berlangsung sejak beberapa minggu lalu semakin kuat memperlihatkan peluang saingan Trump, Joe Biden.

"Kedua, saran presiden AS untuk menunda pemilihan mungkin juga menandakan sikap yang lebih serius. Trump dapat menentang hasil berdasarkan pernyataannya bahwa pemungutan suara melalui surat dapat 'tidak akurat' atau paling buruk 'curang'," tulis editorial itu.

Dan jika Biden memenangkan pemilihan, maka Trump bisa saja menolaknya. Penolakkan Trump bisa menjerumuskan AS ke dalam krisis politik dan ekonomi yang belum pernah terlihat sebelumnya.

Amerika Serikat perlu berhitung dengan sangat matang. "Masyarakat Amerika tidak pernah terpolarisasi seperti sekarang ini. Protes Black Lives Matter baru-baru ini menunjukkan bahwa AS masih terbagi pada garis warna," tulis editorial.  

Kemungkinan lain, ketika datang ke segmen masyarakat pendukung Trump yang signifikan, yang mungkin bersedia melakukan tindakan ekstrem untuk mempertahankan apa yang mereka lihat sebagai haknya untuk tetap berada di Gedung Putih.

"Krisis seperti itu akan memberikan pukulan fatal bagi ekonomi yang berjuang untuk pulih dari dampak buruk virus corona. Data terbaru, dirilis pada hari Kamis, menunjukkan bahwa ekonomi AS telah jatuh 32 persen pada kuartal kedua karena penutupan ekonomi yang diberlakukan untuk menahan penyebaran virus. Krisis politik serius yang melibatkan Gedung Putih tidak diragukan lagi akan memiliki kerusakan ekonomi yang tidak dapat diperbaiki," tulis editorial.

Kongres bisa mengkaji lagi soal usulan-usulan yang datang. Namun, saran Trump untuk menunda pemilihan adalah keliru. Keputusan itu bukan miliknya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA