Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pembatasan Jumlah Jamaah Haji Menambah Panjang Derita Pedagang Ternak Somalia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 01 Agustus 2020, 13:39 WIB
Pembatasan Jumlah Jamaah Haji Menambah Panjang Derita Pedagang Ternak Somalia
Kambing milik penggembala di titik air di kota Hudur/Net
rmol news logo Hari Raya Idul Adha biasanya membawa kebahagiaan tersendiri bagi para peternak dan pedagang hewan kurban di Somalia.

Tahun-tahun sebelumnya, mereka biasanya mengekspor jutaan ternak untuk dikonsumsi para jamaah haji. Namun, pandemik virus corona membuat pemerintah Arab Saudi membatasi jumlah jamaah haji.

“Bisnis itu kini memburuk,” kata Yahye Hassan yang bekerja di pasar ternak terbesar Mogadishu di mana pandemik merusak kegiatan perdagangan mereka.

“Efek virus corona sudah jelas. Negara-negara Arab tidak membutuhkan hewan dari Somalia, dan orang-orang nomaden yang akan membawa ternak ke kota untuk diperdagangkan enggan karena takut akan infeksi,” ungkap Hassan.

Seorang pedagang lainnya mengiyakan apa yang dikatakan oleh Hassan yang juga kekurangan pembeli domestik dan asing, sementara pasokan juga mengalami penurunan ketika para penggembala menjauh.

Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang diwajibkan bagi semua Muslim yang mampu secara fisik dan finansial, setidaknya sekali dalam seumur hidup mereka.

Pemerintah Kerajaan Arab Saudi telah memutuskan bahwa ibadah haji 1441 Hijriah / 2020 tetap diadakan dengan jumlah jemaah yang sangat terbatas, tak lebih dari 10.000 jemaah haji domestik untuk melakukan haji tahun ini.

Dengan jumlah yang jauh berkurang, maka penjualan hewan ternak di Arab juga mengalami kemerosotan yang signifikan.

Menurut laporan Bank Dunia, permintaan Saudi menyumbang hampir dua pertiga dari ekspor ternak tahunan Somalia. Mereka mencatat bahwa lebih dari lima juta domba, kambing, unta, dan sapi dikirim ke utara dari pelabuhan-pelabuhan Somalia melalui Teluk Aden dan Laut Merah ke Arab Saudi pada 2015.

“Pembatalan Haji memiliki implikasi besar pada kehidupan dan mata pencaharian penduduk Somalia,” kata Ahmed Khalif, direktur Aksi Melawan Kelaparan negara Somalia, seraya menambahkan bahwa penjualan ternak menyumbang sekitar 60 persen dari pendapatan rumah tangga di sebagian besar negara di pedesaan.

“Ini merupakan pukulan bagi rumah tangga pastoralis Somalia khususnya, yang sangat bertahan hidup pada ekspor ternak ke Saudi,” ungkap Khalif.

Hingga tiga perempat dari pendapatan ekspor Somalia berasal dari peternakan, membuat penjualan hewan ke luar negeri menjadi jalur penting bagi ekonomi Somalia. Momen ibadah haji biasanya merupakan waktu terbaik yang dapat diandalkan untuk para penggembala, tetapi tidak untuk tahun ini.

“Ekspor ternak terjadi sepanjang tahun, tetapi mayoritas (70 persen hewan hidup) terjadi selama musim haji ini,” kata Khalif.

Penguapan ekspor berarti menyebabkan kelebihan pasokan di pasar lokal di mana harga telah turun secara dramatis. Unta yang biasanya dijual sekitar 1000 dolar AS kini hanya dihargai setengahnya.

Ini mungkin berita baik untuk sejumlah kecil konsumen kaya raya, tetapi merupakan bencana bagi sebagian besar peternak yang mengandalkan penjualan hewan kurban untuk membeli makanan, membayar hutang, dan menutupi kebutuhan dasar.

Seorang pedagang ternak di kota pelabuhan Eyl, Muse Mohamed, mengatakan yang membuat keadaan semakin buruk adalah bahwa untuk memelihara hewan-hewan itu lebih lama dari yang diperkirakan dengan sumber daya yang terbatas.

“Memelihara ratusan kambing dan domba selama satu tahun, jelas membutuhkan banyak biaya, gaji penjaga. Lalu tahun ini penjualan anjlok karena vrus corona. Ini benar-benar krisis,” katanya.

Penghasilan yang jatuh, meningkatnya biaya hidup, dan hilangnya pasar haji, telah memukul pemilik peternakan seperti Adow Ganey, di kota selatan Hudur.

“Ketika keluarga membutuhkan uang tunai untuk memenuhi kebutuhan harian, kami cukup membawa satu atau dua kambing saja ke pasar. Tetapi, tahun ini segalanya telah berubah. Kami harus membawa banyak kambing, harus menjual banyak sekali kambing-kambing itu untuk bisa mendapatkan uang tunai yang kami butuhkan," katanya sedih.

Bagi beberapa peternak dan pedagang hewan di Somalia, pembatalan ibadah haji menjadi pelengkap penderitaan warga Somalia yang harus hidup dalam konflik dan ketidakstabilan politik selama puluhan tahun. Belum lagi siklus kekeringan yang semakin ketat dan wabah belalang yang terus berlangsung.

Tahun-tahun sebelumnya mereka biasanya mengekspor jutaan ternak untuk dikonsumsi para jamaah haji. Tapi tahun ini benar-benar berbdea ketika pemerintah Arab Saudi telah membatasi jumlah jamaah haji arena kekhawatiran virus corona. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA