Pekan lalu, tepatnya 26 Juli, pesawat tersebut jatuh ketika berusaha meninggalkan landasan terbang terpencil di Papua Nugini menuju ke Australia. Pihak berwenang mengatakan pesawat itu terbang ke Papua Nugini dari kota kecil Mareeba di Far North Queensland, terbang sekitar 3.000 kaki untuk menghindari deteksi radar.
Polisi Federal Australia pada Sabtu (1/8) mengatakan, kejadian tersebut mengungkap mafia narkoba yang berbasis di Melbourne yang terkait dengan kelompok serupa di Italia.
"Dengan pembatasan perjalanan antarnegara bagian saat ini karena Covid-19, upaya untuk mengimpor obat-obatan terlarang ke Australia menunjukkan bagaimana kejahatan yang terorganisir dan serakah," ujar Wakil Komisaris Iran McCartney seperti dikutip
CNN.
Pada Jumat (31/7), sebuah tempat penyimpanan kokain akhirnya ditemukan setelah melakukan pencarian di lokasi jatuhnya pesawat. Nilai totalnya diperkirakan sekitar 80 juta dolar Australia atau setara dengan sekitar 500 ribu transaksi jalanan.
Dua hari setelahnya, pilot yang menerbangkan pesawat pembawa kokain menyerahkan diri kepada polisi.
Sementara itu, sebanyak lima tersangka juga telah ditangkap di Queensland dan Victoria dalam beberapa hari terakhir karena diduga terkait dengan impor 500 kg kokain tersebut dan sejumlah pelanggaran lainnya.
Para pria yang ditangkap memiliki usia kisaran 31 hingga 61 tahun. Mereka didakwa dengan berbagai pelanggaran. Orang pertama ditangkap dengan dakwaan mengarahkan kegiatan sindikat kriminal dan pencucian uang lebih dari 1 juta dolar Australia. Sejumlah aset yang disita polisi diperkirakan bernilai 3,5 juta dolar Australia.
Jika terbukti bersalah, masing-masing dari mereka akan menghadapi hukuman seumur hidup.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: