Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Hari Terakhir Genjatan Senjata, Presiden Afghanistan Desak Taliban Lakukan Pembicaraan Dalam Waktu Satu Minggu

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 03 Agustus 2020, 09:37 WIB
Hari Terakhir Genjatan Senjata, Presiden Afghanistan Desak Taliban Lakukan Pembicaraan Dalam Waktu Satu Minggu
Tahanan Taliban yang baru dibebaskan berbaris di penjara Bagram, utara Kabul, pada 11 April 2020/Net
rmol news logo Tepat di hari terakhir gencatan senjata selama tiga hari dengan Taliban, pemerintah Afghanistan pada hari Minggu (2/8) mengumumkan bahwa mereka telah membebaskan lebih dari 300 tahanan kelompok militan sehubungan dengan upaya perdamaian yang sedang berlangsung di antara keduanya.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Kantor Dewan Keamanan Nasional (ONSC) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pemerintah telah membebaskan sebanyak 317 tahanan Taliban dari Parwan dan penjara provinsi lainnya, sehingga totalnya menjadi 4.917.

“Pembebasan tahanan akan berlanjut sampai total mencapai 5.100 - 100 lebih dari yang dipersyaratkan oleh perjanjian perdamaian AS-Taliban yang ditandatangani pada Februari,” isi keterangan ONSC, seperti dikutip dari AA, Minggu (2/8).

Taliban bersumpah telah menyelesaikan bagian mereka dari pertukaran tahanan dengan melepaskan 1.000 pasukan keamanan tawanan.

Para pemberontak mengumumkan soal gencatan senjata kejutan selama tiga hari selama perayaan Idul Adha yang dimulai pada hari Jumat lalu. Pemerintah Afghanistan menyambut dan membalas langkah tersebut.

Presiden Afghanistan Mohammad Ashraf Ghani berjanji untuk mengakhiri pertukaran tahanan bermasalah dengan Taliban dan mendesak mereka untuk bersiap-siap melakukan pembicaraan dalam waktu seminggu ke depan.

“Meskipun ini adalah langkah penting, rakyat Afghanistan meminta gencatan senjata permanen dan segera memulai negosiasi langsung antara pemerintah Afghanistan dan Taliban,” kata sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor kepresidenan.

Sementara itu, Mawlawi Hibatullah Akhundzada, pemimpin gerilyawan di Afghanistan menegaskan bahwa kelompok itu berada di ambang pembentukan pemerintahan Islam di negara yang dilanda perang itu.

“Pesan kami jelas bahwa kami tidak mencari monopoli atas kekuasaan,” kata Akhundzada dalam pesan yang diterbitkan oleh situs propaganda kelompok itu, al-Emarah.

PBB mengindikasikan kekerasan yang berkobar di Afghanistan menyebabkan 3.458 korban dari pihak sipil, dengan 1.282 tewas dan 2.176 terluka, pada paruh pertama tahun 2020.

Laporan pertengahan tahun oleh Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA) mencatat warga sipil yang menjadi korban kekerasan Taliban mengalami total kenaikan sebesar 43 persen dari korban sipil yang berjumlah 1.473, yakni 580 tewas dan 893 terluka.

Korban sipil yang dikaitkan dengan pasukan pemerintah meningkat 9 persen menjadi 23 persen dari total korban sipil yang berjumlah 789 orang pada paruh pertama tahun ini, dengan 281 tewas dan 508 lainnya luka-luka. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA