Menurut media Australia, negara itu melakukan penyelidikan karena curiga aplikasi TikTok dapat menimbulkan risiko bagi privasi pengguna atau bahkan keamanan nasional, sama seperti yang dilakukan AS. Tetapi para pejabat AS telah memberikan sedikit bukti untuk klaim mereka tentang TikTok kecuali menunjuk ke negara asalnya, yaitu China.
Pengguna aplikasi TikTok Australia yang diwawancarai oleh
Global Times mengatakan bahwa pada awalnya mereka tidak menyadari bahwa aplikasi itu adalah milik perusahaan China sampai laporan tentang larangan aplikasi AS berkembang luas. Pengawasan ekstra dan kemungkinan pelarangan platform berbagi kehidupan jelas didorong oleh politik dan ini tidak sehat untuk apa yang diperjuangkan pasar bebas Australia.
Direktur Pusat Studi Australia di Universitas Normal China Timur di Shanghai, Chen Hong mengatakan bahwa Canberra berulang kali mengklaim kemerdekaan dalam pengambilan keputusan dalam diplomasi, tetapi dari waktu ke waktu mereka harus menyerah kepada tekanan pemerintahan Trump. Chen memperingatkan bahwa meskipun negara itu menjadi sekutu AS, Australia tidak boleh mengorbankan hubungan dengan China, mitra strategis komprehensif Australia, seperti dikutip dari
GT, Senin (3/8).
Chen mencatat bahwa penindasan politis terhadap hiburan dan aplikasi media sosial seperti TikTok bertujuan untuk menekan dan menghancurkan perkembangan China dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi dan untuk menahan pengaruhnya.
Ini bukan pertama kalinya Australia berupaya membatasi perusahaan teknologi China. Baru-baru ini mereka juga mengecualikan China Technologies Huawei dari jaringan 5G negara itu, lagi-lagi mengikuti jejak AS.
Chen mengatakan tujuan lain dari tindakan sekutu-sekutu ini adalah untuk menciptakan citra jahat China yang dicitrakan sebagai ancaman.
Sejak 2017, Australia telah mendukung dan bahkan mempelopori strategi anti-China AS dalam berbagai contoh atas nama kekhawatiran keamanan nasional. Namun, Chen menunjukkan bahwa dalih keamanan nasional sepenuhnya tidak sesuai dalam penganiayaan mereka terhadap TikTok.
TikTok saat ini menjadi aplikasi paling populer di kalangan anak muda dan telah memiliki lebih dari 1,5 juta unduhan di Australia. Investigasi pemerintah juga memicu ketidakpuasan di antara penduduk setempat.
Seorang pria Australia yang mengaku bernama Paul mengatakan bahwa dia menonton klip TikTok selama perjalanan panjang untuk menghabiskan waktu. “Banyak konten yang sangat lucu dan saya sangat menikmati melihat konten yang dibagikan orang,†katanya.
Paul mengatakan banyak orang Australia tidak tahu TikTok adalah perusahaan China sebelum Trump memutuskan untuk melarangnya dan ini merupakan bentuk politisasi, katanya.
“Negara-negara mengklaim bahwa mereka bebas tetapi berusaha untuk membungkam sebagian populasi karena tidak sesuai dengan narasi ideologis tertentu. Itu telah terjadi sebelumnya dan itu jelas akan terjadi lagi,†kata Paul.
Warga Australia Tionghoa Du Jiafeng yang tinggal di Sydney mengatakan hal itu sebagai sesuatu yang cukup konyol, merujuk pada gesekan politik memengaruhi setiap aspek kehidupan, bahkan hal sepele seperti TikTok.
“Australia telah bersuara bahwa mereka mendukung "inklusivitas" dan "kebebasan," tetapi melakukan sebaliknya,†kata Du.
Tak hanya TikTok, aplikasi China lainnya, WeChat, yang digunakan oleh lebih dari 2 juta warga Australia, dilaporkan sedang dalam pengawasan oleh Departemen Dalam Negeri Australia.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: