Namun, Guterres tetap memperingatkan, keamanan dan kesehatan merupakan prioritas utama dalam pembukaan sekolah yang mengharuskan para siswa kembali ke kelas.
Dalam sebuah acara peluncuran kampanye PBB "Save our Future" pada Selasa (4/8), Guterres mengungkap, pada pertengahan Juli 2020, sekolah-sekolah telah ditutup di sekitar 160 negara. Itu artinya memengaruhi lebih dari 1 miliar siswa dan setidaknya 40 juta anak tertinggal.
Sebelum pandemik, ia mengatakan, lebih dari 250 juta anak sudah keluar sekolah dan hanya seperempat siswa sekolah menengah di negara-negara berkembang yang bisa melanjutkan studi mereka.
"Sekarang kita menghadapi bencana generasi yang dapat menyia-nyiakan potensi manusia yang tak terhingga, melemahkan kemajuan selama beberapa dekade, dan memperburuk ketidaksetaraan yang mengakar,†katanya dalam pernyataan video.
“Setelah transmisi Covid-19 lokal terkendali, membuat siswa kembali ke sekolah dan lembaga pembelajaran seaman mungkin harus menjadi prioritas utama,†tekannya menggarisbawahi.
Beberapa waktu terakhir, dunia pendidikan di Amerika Serikat (AS) dibuat bimbang oleh rekomendasi Presiden Donald Trump untuk membuka kembali sekolah dan universitas. Di sisi lain, penyebaran virus di negeri Paman Sam masih melonjak.
Hingga saat ini, virus corona baru sudah menginfeksi lebih dari 4,6 juta orang di AS dan membunuh lebih dari 155 ribu di antaranya.
Sementara secara global, ada lebih dari 18 juta orang yang didiagnosis Covid-19 dengan lebih dari 689 di antaranya sudah meregang nyawa.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: