Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ribuan Ton Amonium Nitrat Sumber Ledakan Dahsyat Beirut Hasil Sitaan Kapal Milik Rusia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Rabu, 05 Agustus 2020, 19:24 WIB
Ribuan Ton Amonium Nitrat Sumber Ledakan Dahsyat Beirut Hasil Sitaan Kapal Milik Rusia
Gudang No. 12 di Pelabuhan Beirut, Lebanon, yang tampak ikut terbakar beberapa saat sebelum meledak pada Selasa, 4 Agustus 2020/Net
rmol news logo Sebanyak 2.750 ton amonium nitrat diyakini sebagai sumber ledakan dahsyat yang terjadi di Pelabuhan Beirut, Lebanon pada Selasa (4/8) pukul 18.02 waktu setempat.

Berdasarkan penelusuran, ribuan ton bahan baku peledak tersebut merupakan hasil sitaan yang dilakukan oleh otoritas Lebanon pada 2014.

Menurut laporan The Independent, amonium nitrat tersebut berasal dari kapal kargo Rhosus berbendera Moldova yang dimiliki oleh Igor Grechushkin, penduduk asli Khabarovsk, Rusia. Para awaknya pun berasal dari Rusia dan Ukraina. Nama kaptennya adalah Boris Prokoshev.

Dari laporan tersebut dijelaskan, pada akhir 2013, Rhosus dijadwalkan mengangkut muatan amonium nitrat dari Pelabuhan Georgia Batumi ke Biera di Mozambik.

Namun, sepanjang jalan terjadi masalah teknis dan gagal inspeksi di Pelabuhan Beirut. Kapal pun kemudian disita karena pemiliknya tampak kehabisan uang.

Kemudian pada 2014, para awak kapal ditahan. Pada saat itu, Kapten Prokoshev telah memperingatkan betapa bahayanya muatan yang dibawa oleh kapal.

"Kami sudah berada di sini sejak 3 Oktober 2013," ujar sang kapten ketika diwawancarai oleh surat kabar Ukraina Sailor. Tidak jelas kapan waktu wawancara tersebut dilakukan.

"Kargo di ruang tunggu adalah amonium nitrat, zat peledak. Kami ditinggalkan, hidup tanpa upah dengan tong berisi bubuk (amonium nitrat) selama 10 bulan terakhir," sambung Prokoshev.

Prokoshev mengatakan, pemilik kapal Grechushkin menghilang setelah membayar upah para kru hingga 200 ribu dolar AS.

Sementara itu, dalam akun media sosial perusahaannya, Teto Shipping Ltd., Grechushkin menyangkal klaim tersebut.

Direktur yayasan Assol yang bermarkas di Odessa, Natalya Klamm, yang membantu para pelaut saat itu mengatakan, situasi yang dialami para awak sangatlah tidak biasa.

"Kapal-kapal dirampas, upah tidak dibayar, awak ditangkap, orang hilang," ujarnya.

"Kami mendapatkan telepon seperti ini setiap hari. Ya, orang-orang senang ketika mereka akhirnya dibebaskan, tapi itu enam tahun yang lalu dan terus terang tidak biasa untuk mengingat banyak hal buruk tentang itu," sambungnya.

Seperti yang disampaikan Klamm, beberapa bulan kemudian, diplomat Ukraina mengatakan, pihaknya telah berhasil melakukan negosiasi agar lima pelaut, termasuk kapten kapal, dibebaskan.

Dari informasi terakhir, kargo berbahaya yang berisi amonium nitrat tersebut "diamankan" di gudang nomor 12 di Pelabuhan Beirut. Pemindahan juga dipublikasikan oleh dua pengacara dalam sebuah artikel di Arrest News pada Oktober 2015.

Sementara itu, saat ini, telah terjadi ledakan mematikan yang diakibatkan oleh zat tersebut. Pemicu ledakan sendiri adalah kebakaran besar di sekitar pelabuhan.

Sedikitnya 100 orang meninggal dunia dan lebih dari 4.000 lainnya terluka dalam peristiwa yang memilukan tersebut.

Presiden Lebanon, Michel Aoun menegaskan akan mencari pihak yang bertanggung jawab atas kelalaian fatal itu. Di mana mereka yang bersalah akan menghadapi hukuman paling berat.

Pihak berwenang juga telah meluncurkan komite untuk melakukan investigasi. Komite akan mempublikasikan temuannya dalam waktu lima hari ke depan. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA