Dalam hal ini, Retno mengatakan, Indonesia selalu menegaskan prinsip politik bebas aktif untuk merespons persaingan antara kekuatan-kekuatan global.
Melalui webinar bertajuk
"Multilateralism during a pandemic: Indonesia's perspective" pada Kamis (6/8), Retno menjelaskan, hubungan di antara kekuatan-kekuatan dunia tidak selalu baik, bahkan sebelum pandemik Covid-19 terjadi.
Namun, ketika pandemik muncul, situasi menjadi lebih menantang. Bahkan isu asal usul virus corona pun memengaruhi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hingga terjadinya permainan saling menyalahkan.
"Tentu ini tidak kondusif sementara solidaritas dan kerja sama global sangat penting," ujarnya.
"Dan buruknya, persaingan ini berpotensi membuat negara lain harus memihak. Beberapa pakar bahkan menyebut situasi ini membentuk Perang Dingin baru," sambungnya.
Untuk menghadapi situasi tersebut, Indonesia selalu berpegang pada politik luar negeri bebas aktif.
Retno mengatakan, dalam setiap dialog, ia selalu menekankan bahwa semua kekuatan dunia sangat penting dan merupakan mitra strategis bagi Indonesia.
"Ketika saya berbicara dengan China dan AS, saya selalu mengatakan, keduanya adalah mitra penting bagi Indonesia. Indonesia tidak bisa dipaksa untuk memihak. Hanya kepentingan nasional yang bisa mengarahkan kebijakan kami," ujarnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: