Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pemerintah Ingin Tambah Kuota Mahasiswa Kedokteran, Dokter Magang Di Korsel Mogok Kerja

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Jumat, 07 Agustus 2020, 12:48 WIB
Pemerintah Ingin Tambah Kuota Mahasiswa Kedokteran, Dokter Magang Di Korsel Mogok Kerja
Ilustrasi para petugas medis/Net
rmol news logo Ratusan dokter magang dan residen di Korea Selatan melakukan aksi mogok kerja sebagai bentuk protes atas rencana pemerintah yang akan menambah jumlah mahasiswa kedokteran untuk menangani kemungkinan pandemik di masa depan.

Aksi protes pada Jumat (7/8) menyerukan agar dana tambahan untuk penambahan jumlah mahasiswa lebih baik disalurkan untuk meningkatkan gaji para dokter magang dan residen. Di mana mereka juga harus dipindahkan dari ibukota Seoul ke daerah-daerah pedesaan.

Menanggapi aksi mogok tersebut, Perdana Menteri Chung Sye Kyun mendesak para dokter magang dan residen untuk fokus memerangi Covid-19 dan menghentikan protes dalam 24 jam.

"Sangat mengkhawatirkan bahwa kesenjangan medis akan terjadi di UGD dan ICU yang memiliki hubungan langsung dengan kehidupan warga," ujarnya seperti dikutip Reuters.

Alih-alih mogok, kata Chung, para dokter magang bisa berbicara dengan pemerintah.

Severance Hospital, salah satu dari lima rumah sakit besar di Seoul mengungkap, sebanyak 90 dokter magang dan 370 dokter residennya ikut melakukan aksi protes. Sehingga dokter lain memiliki tugas tambahan untuk mengisi celah agar tidak ada gangguan.

Sebelumnya, pada Juli, pemerintah berencana untuk menambah 13 persen kuota penerimaan mahasiswa di sekolah kedokteran yang biasanya hanya 3.058 orang per tahun. Artinya, 10 tahun ke depan, sekolah kedokteran bisa menerima 4.000 mahasiswa per tahun.

Insentif juga akan ditawarkan bagi siswa yang mengambil jurusan spesialisasi yang kurang menguntungkan seperti epidemiologi dan mereka yang menjadi sukarelawan untuk pekerjaan kesehatan masyarakat di daerah pedesaan.

Kebijakan tersebut diambil mengingat Korea Selatan hanya memiliki kurang dari 300 dokter spesialis penyakit menular atau 1 persen dari total 100 ribu dokternya.

"Alasan utama untuk mempromosikan kebijakan ini adalah untuk mengamankan dokter di mana mereka dibutuhkan," ucap Menteri Kesehatan Park Neung-hoo. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA