Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

73 Tahun Indonesia-Lebanon, Dubes Hajriyanto: Baik Tapi Masih Kurang Hangat

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Sabtu, 08 Agustus 2020, 11:36 WIB
73 Tahun Indonesia-Lebanon, Dubes Hajriyanto: Baik Tapi Masih Kurang Hangat
Dutabesar RI untuk Lebanon, Hajriyanto Y. Thohari saat melakukan diskusi darang RMOL World View pada Jumat, 7 Agustus 2020/Net
rmol news logo Akhir bulan lalu menandai 73 tahun hubungan Indonesia-Lebanon, ditandai pengakuan kemerdekaan Republik Indonesia oleh Presiden Lebanon Bechara El-Khoury pada 29 Juli 1947.

Namun demikian hubungan diplomatik kedua negara secara resmi dimulai pada 1950. Lebanon menjadi negara ketiga yang mengakui kedaulatan Indonesia, setelah Mesir dan Suriah.

Meski hubungan kedua negara berlangsung cukup panjang, Dutabesar RI untuk Lebanon, Hajriyanto Y. Thohari, menggambarkan hubungan Jakarta dan Beirut tidak terlalu hangat di tataran elit.

"Hubungan Indonesia (dan Lebanon) boleh dikatakan baik tapi tidak bisa dikatakan hangat," ujar Dubes Hajriyanto dalam diskusi daring RMOL World View bertajuk "Di Balik Ledakan Lebanon" yang digelar pada Jumat malam (7/8).

Ia menjelaskan, selama ini banyak pejabat-pejabat Indonesia yang berkunjung ke Lebanon, mulai dari Ketua MPR, Ketua DPR, Menteri Koordinator, Menteri, hingga Panglima TNI yang melakukan inspeksi pasukan karena banyak tentara Indonesia yang ditugaskan di Lebanon.

"Tetapi belum pernah ada pejabat tinggi Lebanon ke Indonesia," sambungnya.

Kendati begitu, Dubes Hajriyanto menyampaikan, hubungan antara masyarakat Indonesia dan Lebanon justru lebih erat. Banyak organisasi non-pemerintah Indonesia yang kerap ke Lebanon untuk memberikan bantuan kemanusiaan bagi ratusan ribu pengungsi Suriah dan Palestina yang berada di sana.

Dari segi ekonomi, ia menyebut, Indonesia mendapatkan surplus yang besar. Komoditas yang diekspor Indonesia ke Lebanon di antaranya adalah makanan laut, otomotif dan suku cadang, dan briket atau arang.

Sementara itu, untuk pendidikan, ada hampir 100 mahasiswa Indonesia yang belajar di Lebanon sebelum krisis. Sebanyak 90 persen di antaranya mempelajari ilmu agama, mengingat hanya jurusan tersebut yang diberikan beasiswa.

"Beasiswa itu dari masyarakat Lebanon, bukan pemerintah. Mulai dari makan, tempat tinggal, semua dibiayai," jelasnya.

Walaupun baru satu tahun ditempatkan di Beirut, Dubes Hajriyanto mengaku terdapat beberapa hambatan untuk mempererat hubungan Indonesia dan Lebanon.

Orientasi Lebanon sejak merdeka dari Prancis adalah Barat. Sehingga tak heran negara Timur Tengah tersebut lebih mengedepankan kerja sama dengan negara-negara Eropa. Walaupun memang saat ini sudah melakukan pendekatan dengan China dalam hal ekonomi.

Selain itu, letak kedua negara yang cukup jauh juga menjadi pertimbangan efektifitas dalam setiap kerja sama, khususnya perdagangan. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA