Selamat Idul Fitri
Selamat Idul Fitri Mobile
Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ledakan Beirut: Ini Perusahaan Yang Memesan Amonium Nitrat Tujuh Tahun Lalu Dan Tidak Pernah Tiba

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 08 Agustus 2020, 15:19 WIB
Ledakan Beirut: Ini Perusahaan Yang Memesan Amonium Nitrat Tujuh Tahun Lalu Dan Tidak Pernah Tiba
Ledakan di Beirut/Net
RMOL Dalam penyelidikan yang sedang berlangsung terkait ledakan Beirut, dilaporkan bahwa amonium nitrat yang ada di dalam kargo di pelabuhan Beirut adalah pesanan dari sebuah perusahaan untuk aktivitas pertambangan, Fabrica de Explosivos Mocambique (FEM).

Perusahaan manufaktur bahan peledak di Mozambik ini mengakui merekalah yang pertama memesan amonium nitrat seberat 2.750 ton tujuh tahun lalu.

Juru bicara perusahaan mengatakan bahan kimia itu dipesan sebagai bahan baku pembuatan peledak bagi sejumlah perusahaan tambang di Mozambik.

"Kami dapat memastikan bahwa kami yang memesannya," kata juru bicara. Mereka memesan tetapi mereka tidak pernah mendapatkan benda itu.

Proses pemesanan bahan kimia dimulai pada 2013, perusahaannya menjalin kerja sama dengan perusahaan perdagangan luar negeri untuk memfasilitasi pembelian bahan kimia amonium nitrat dari Georgia ke Mozambik, seperti dikutip dari CNN, Jumat (7/8).

Setelah beberapa bulan paket amonium nitrat yang dibawa menggunakan kapal milik Rusia, Rhosus, meninggalkan Georgia tidak juga sampai. Fasilitator pengiriman paket tersebut menyebut paket tidak akan tiba disebabkan kendala teknis.

"Kami telah diberi tahu oleh perusahaan itu: ada masalah dengan kapal, pesanan Anda tidak akan terkirim," lanjutnya.

"Jadi, kami tidak pernah membayarnya, dan kami juga tidak pernah menerimanya," terangnya.

Karena tidak pernah menerima pesanan mereka, maka mereka pun kembali memesan ulang. Namun, lagi-lagi paket tersebut tidak sampai ke Mozambik. Informas terakhir disampaikan bahwa kapal pembawanya ditahan di Pelabuhan Beirut, sedangkan muatannya harus diturunkan untuk disita.

Sementara perusahaan mengetahui bahwa kapal tersebut telah ditahan di Beirut dan kemudian disita oleh pejabat Lebanon, juru bicara tersebut bersikeras, "itu benar-benar di luar kendali kami."
"Itu benar-benar diluar kendali kami," katanya melanjutkan.

Ia juga merasa heran. Selama bekerja di FEM sejak 2008, si juru bicara baru kali itu menjumpai pesanan yang tak pernah sampai. Dia sempat menaruh kecurigaan, pasalnya bahan kimia yang dikirimkan dalam jumlah sangat besar.

"Ini tidak biasa. Ini sama sekali tidak biasa."

Juru bicara mengatakan bahwa rekan-rekan di perusahaan sangat 'terkejut' mengetahui berapa lama bahan kimia telah disimpan di pelabuhan.

"Karena itu bukan bahan yang ingin Anda simpan tanpa menggunakannya," tegasnya. "ini adalah bahan yang sangat serius dan Anda perlu mengangkutnya dengan standar transportasi yang sangat ketat."

Ledakan besar di Beirut  menyebabkan 150 orang tewas dan melukai lebih dari 5.000 orang.

Insiden mematikan tersebut semakin memicu kemarahan masyarakat yang menuding pemerintah abai dan korup sehingga barang berbahaya bisa berada di pelabuhan dalam waktu lama. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA