Peringatan suram tersebut ditandai dengan pemasangan salib dan pelepasan 1.000 balon udara berwarna merah sebagai penghormatan kepada para korban Covid-19 oleh sebuah kelompok non-pemerintah, Rio de Paz, di pantai Copacabana, Sabtu pagi (8/8) waktu Brasil.
Melansir
Associated Press, tidak ada tanda-tanda tren penurunan infeksi di Brasil meski sudah lima bulan sejak melaporkan kasus Covid-19 pertamanya.
Pada Sabtu, Kementerian Kesehatan melaporkan 905 kematian dalam sehari, sehingga totalnya menjadi 100.477. Sementara jumlah infeksi mencapai 3.012.412 kasus.
Negara dengan 210 juta penduduk tersebut melaporkan lebih dari 1.000 kematian setiap harinya sejak Mei.
"Sangat menyedihkan. Kami mencapai tanda itu (100 ribu kematian) dan banyak orang tampaknya tidak melihatnya. Mereka bukan hanya angka tapi orang. Kematian menjadi normal," ujar seorang sopir taksi berusia 56 tahun, Marcio do Nascimento Silva.
Silva telah kehilangan anak-anaknya karena virus yang diidentifikasi pertama kali di Wuhan, China itu dan ikut dalam aksi penghormatan di Copacabana.
Di tengah kemuraman warga Brasil, Presiden Jair Bolsonaro dan pendukungnya justru kembali membuat pernyataan yang memantik api kemarahan.
"Ada banyak angka yang pantas diungkapkan. HAMPIR 3 JUTA DALAM PEMULIHAN. SALAH SATU KEMATIAN TERENDAH PER JUTAAN DI ANTARA BANGSA-BANGSA BESAR," cuit akun resmi sekretariat Bolsonaro.
Bolsonaro sendiri membalas cuitan tersebut dengan emoji jabat tangan.
Sejak awal wabah, Bolsonaro telah meremehkan Covid-19 dengan menyebutnya sebagai "flu ringan".
Ia, yang telah terinfeksi virus corona, mengaku berhasil sembuh dengan obat hidroksiklorokuin yang secara ilmiah tidak terbukti efektif mengobati Covid-19.
Di tengah lonjakan kasus, Bolsonaro masih menolak adanya pembatasan sosial dan mendukung diteruskannya kegiatan ekonomi.
"Pemerintah mengatakan itu (Covid-19) 'flu ringan'. Tidak peduli. Orang-orang tidak bersalah meninggal karena kelalaian dan kurangnya persiapan dari pemerintah," ujar Viviane Melo da Silva berusia 47 tahun yang kehilangan ibunya, Esther Melo da Silva pada 9 April karena Covid-19.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: