Hal itu juga dilakukan oleh Kolombia. Negara ini bahkan mengambil sejumlah langkah agresif untuk menekan penyebaran virus corona sejak kasus pertama Covid-19 diumumkan.
"Sejak awal pandemik, pemerintah kami telah menguji sebanyak 1.650.000 orang dan saat ini, kami melakukan sekitar 37 ribu tes PCR setiap hari," jelas Dutabesar Kolombia untuk Indonesia Juan Camilo Valencia Gonzalez dalam
RMOL World View bertajuk "Indonesia-Kolombia: 40 Tahun Yang Manis Di Tengah Covid-19 Yang Miris" yang digelar pada Senin (10/8).
Bukan hanya itu, langkah agresif lainnya yang diambil oleh pemerintah Kolombia untuk menekan dampak dari pandemik Covid-19 adalah dengan melakukan kuncian nasional, alias
lockdown.
"Presiden Kolombia Ivan Duque juga memulai penguncian alias lockdown sejak masa awal pandemik, tepatnya pada bulan Maret lalu," sambungnya.
Langkah agresif tersebut terbukti ampuh membantu menjaga tingkat infeksi Kolombia tetap rendah, jika dibandingkan dengan negara-negara tetangganya di kawasan Amerika Latin.
Sebagai gambaran, tingkat penularan Covid-19 di Kolombia adalah sekitar 6.249 kasus per satu juta penduduk. Angka itu relatif rendah bila dibandingkan dengan Brasil dengan 12.869 kasus per satu juta penduduk, Peru dengan 13.024 kasus per satu juta penduduk, Panama dengan 15.657 kasus per satu juta penduduk dan Chile dengan 18.883 kasus per satu juta penduduk.
Indikator penting lainnya adalah yang terkait dengan kematian per satu juta penduduk. Kolombia mencatat ada sekitar 210 kasus kematian akibat Covid-19 per satu juta penduduk. Angka itu lebih rendah di banding sejumlah negara di kawasan Amerika Latin lainnya, seperti Ekuador dengan 325 kasus per satu juta penduduk, Panama dengan 371 kasus per satu juta penduduk, Brasil dengan 443 kasus per satu juta penduduk dan Chile dengan 503 kasus per satu juta penduduk.
"Menurut analisis para ahli sektoral, tindakan yang diambil terhadap pandemik Covid-19 di Kolombia telah memberikan hasil yang memuaskan berkat tindakan tepat waktu dari pemerintah nasional. Dengan demikian, angka orang yang terinfeksi, dirawat di rumah sakit, dan meninggal di Kolombia lebih rendah dibandingkan dengan negara lain," sambung Dubes Juan Camilo.
Tidak berhenti sampai di situ, sejak awal pandemik Covid-19, Kolombia juga tidak memandang sebelah mata ancaman yang muncul. Karena itulah, pemerintah Kolombia memutuskan untuk berupaya meningkatkan kapasitas rumah sakit, menjamin perawatan yang memadai bagi semua orang terlepas dari kemampuan keuangan mereka.
"Untuk menjamin likuiditas keuangan di rumah sakit, Pemerintah Nasional kami mengkonfirmasi suntikan tambahan sumber daya keuangan ke sektor perawatan kesehatan sekitar 1,12 miliar juta dolar AS. Sumber daya ini juga memastikan pengobatan dan prosedur tambahan untuk pasien di Kolombia," tegasnya.
Dengan sumber daya keuangan yang lebih banyak dialihkan pada sektor kesehatan, tidak heran jika Kolombia mampu melipatgandakan unit perawatan intensif di seluruh negeri demi menambah kapasitas penanganan pasien.
"Dalam hal unit perawatan intensif per 100 ribu penduduk, Kolombia memiliki 17 per 100 ribu penduduk. Jumlah ini melampaui negara-negara lainnya di dunia seperti Inggris (dengan 7 unit perawatan intensif per 100 ribu penduduk), Prancis (dengan 7 unit perawatan intensif per 100 ribu penduduk), Italia (dengan 8 unit perawatan intensif per 100 ribu penduduk), dan Spanyol (dengan 9 unit perawatan intensif per 100 ribu penduduk)," tandasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: