Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Lebih Dari Sahara, Prancis Dilanda Musim Paling Kering Terparah Sejak 60 Tahun Terakhir

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Selasa, 11 Agustus 2020, 12:48 WIB
Lebih Dari Sahara, Prancis Dilanda Musim Paling Kering Terparah Sejak 60 Tahun Terakhir
Ilustrasi/Net
rmol news logo Sejumlah petani di sebuah peternakan Prancis nampak tak berdaya menyaksikan ladang gandum yang menjadi mata pencaharian mereka berubah menjadi hitam akibat kobaran api yang tak mampu dipadamkan oleh petugas pemadam kebakaran. Selain ladang, api juga telah menelan habis mesin pemanen milik para petani.

Para ilmuwan mengatakan, kebakaran tanaman dan hutan nampaknya telah menjadi ritual musim panas di Prancis, iklim yang memanas telah meningkatkan risiko itu, dan zona bahaya menjadi lebih luas dari mulai wilayah selatan Prancis hingga ke utara.

Kebakaran pada bulan Juli yang telah menghancurkan mesin pemanen gabungan itu terjadi di sebuah distrik dekat perbatasan Prancis dengan Belgia, menurut para petani yang khawatir mengatakan kebakaran hutan adalah sesuatu yang baru di wilayah tersebut.

“Itu adalah kejadian yang tidak kami lihat empat atau lima tahun lalu di sini,” kata Benoit Vaillant, yang bersama keluarganya menjalankan pertanian yang berbeda di wilayah yang sama di Prancis utara, seperti dikutip dari Reuters, Senin (10/8).

Ilmuwan yang melacak kebakaran hutan dan tanaman di Prancis mengatakan bahwa tahun lalu terjadi penurunan kecil di area permukaan yang terkena dampak, dan tahun ini belum ada peningkatan yang luar biasa. Tapi mereka mengatakan sebagian besar kejadian itu terjadi karena faktor keberuntungan semata, di mana tidak ada angin yang membantu memperbesar efek kebakaran, mengingat Juli ini adalah yang musim paling kering dalam sekitar 60 tahun di Prancis.

“Jika kekeringan terus berlanjut dan jika ada banyak angin, situasinya dapat dengan cepat menjadi lebih buruk,” kata Eric Martin dari Institut Riset Pertanian Nasional Prancis.

Menurut para ilmuwan, salah satu faktor dasar yang bisa mempengaruhi tingkat kebakaran adalah seberapa banyak kelembaban yang ada di vegetasi. Dan penelitian menunjukkan bahwa tingkat kelembapan telah menurun dari tahun ke tahun, seiring dengan meningkatnya suhu.

Vaillant mengatakan tahun lalu kadar air jerami yang dia tanam di pertaniannya turun menjadi 9 persen.

"Artinya, jerami ini lebih kering bahkan dari udara di Sahara. Jadi, jika Anda menaruh satu percikan saja di atas jerami dan itu terbakar, hanya dengan sedikit tiupan angin maka akan memicu kebakaran besar. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA