"Kami sangat prihatin dengan situasi pasca pemilihan presiden Belarusia," kata sekretaris pers Gedung Putih Kayleigh McEnany saat briefing dengan media, seperti dikutip dari
Independent, Selasa (11/8).
Seruan itu dikeluarkan kurang dari sebulan setelah Donald Trump mengerahkan pasukan agen federal ke Portland untuk memukul balik pengunjuk rasa di dekat gedung pengadilan federal.
“Pembatasan yang ketat pada akses surat suara untuk kandidat, larangan pemantau independen lokal dan tempat pemungutan suara, intimidasi terhadap kandidat oposisi dan kemudian penahanan terhadap pengunjuk rasa dan jurnalis. Kami mendesak pemerintah Belarusia untuk menghormati hak untuk berkumpul secara damai dan menahan diri dari penggunaan kekerasan," ujar McEnany.
Komisi Pemilihan Umum mengumumkan kemenangan Alexandr Lukashenko yang meraih lebih dari 80 persen suara, sementara penantang oposisi Sviatlana Tsikhanouskaya mendapat 10 persen. Namun, Tsikhanouskaya menolak hasil resmi itu dengan mengatakannya hasil itu penuh kecurangan dan menuntut penghitungan ulang.
Kerusuhan pecah beberapa jam setelah hasil pemilihan diumumkan. Sedikitnya enam orang terluka dan beberapa ditahan pada Minggu (9/8) ketika polisi membubarkan aksi yang semakin memanas.
Hal senada juga disampaikan oleh Prancis.
"Kami prihatin dengan apa yang kami saksikan, kekerasan terhadap warga Belarusia yang berdemonstrasi setelah penutupan tempat pemungutan suara," kata Kementerian Luar Negeri Prancis dalam sebuah pernyataan.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.