Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Aktivis Pro Demokrasi Hong Kong Agnes Chow Ditangkap Atas Tuduhan Kejahatan Keamanan Nasional

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Rabu, 12 Agustus 2020, 06:19 WIB
Aktivis Pro Demokrasi Hong Kong Agnes Chow Ditangkap Atas Tuduhan Kejahatan Keamanan Nasional
Aktivis Agnes Chow /Net
rmol news logo Agnes Chow menambah daftar aktivis pro demokrasi Hong Kong yang ditangkap pemerintah China di bawah undang-undang kemananan baru. Ia ditangkap dengan tuduhan kejahatan keamanan nasional.

Kamera media berkedip tanpa henti ketika gadis berusia 23 tahun itu diborgol dan digiring keluar dari apartemennya pada Senin malam (10/8) waktu setempat oleh petugas polisi dengan unit keamanan nasional baru Hong Kong.

Dia adalah salah satu politisi oposisi pertama yang ditangkap berdasarkan undang-undang keamanan baru Beijing atas tuduhan "berkolusi dengan pasukan asing". Jika terbukti bersalah, Chow akan menerima hukuman penjara seumur hidup, seperti dikutip dari AFP, Selasa (11/8).

Penangkapan Chow menjadi babak baru garis panjang konfrontasi dengan para pemimpin otoriter China dan wakil mereka di Hong Kong.

Chow digambarkan tumbuh dalam rumah tangga Katolik yang apolitik. Pandangan apolitik keluarganya tak membuat gadis itu lantas tak peduli pada persoalan politik di negaranya.

Alih-alih terpengaruh keluarganya, dia malah memutuskan untuk bergabung dengan gerakan yang dipimpin pemuda yang memprotes rencana untuk menerapkan "pendidikan moral dan nasional" di sekolah umum. Saat itu usianya masih 15.

Kala itu para siswa khawatir rencana itu akan menciptakan jenis pendidikan yang disensor ketat yang digunakan di daratan China.

Mereka melakukan aksi duduk besar-besaran dan rencana itu akhirnya dibatalkan. Selama protes itulah dia bertemu dengan sesama aktivis remaja Joshua Wong.

Dua tahun kemudian, Wong, Chow, dan mahasiswa lainnya menjadi tokoh kunci dalam "Gerakan Payung" yaitu aksi duduk selama 79 hari dan protes yang dipicu oleh penolakan Beijing untuk menepati janjinya memberikan hak pilih universal kepada warga Hong Kong suatu hari nanti.

Protes berlangsung damai, tetapi tidak berhasil.

Bukannya menyerah, generasi baru politisi oposisi itu seperti ditempa dalam api gerakan itu.

Mereka akan terus menjadi duri besar bagi pihak Beijing yang mencoba untuk memperketat cengkeramannya di pusat keuangan semi-otonom yang semakin lecet di bawah pemerintahan Partai Komunis China.

Chow membantu mendirikan partai pro-demokrasi Demosisto bersama Wong, Nathan Law, dan pemimpin politik muda lainnya.

Tidak seperti partai-partai pro-demokrasi Hong Kong sebelumnya - yang berasal dari generasi era Tiananmen - partai-partai baru jauh lebih terbuka untuk menghadapi Beijing dan mendorong warga Hong Kong untuk memiliki suara yang lebih besar tentang bagaimana kota mereka dijalankan.

Pada  2018, Chow adalah salah satu politisi Demosisto pertama yang dilarang mencalonkan diri dalam pemilihan lokal karena partai tersebut menganjurkan "penentuan nasib sendiri".

"Pemerintah berusaha menyingkirkan semua partai politik yang menentang mereka," kata Chow kepada kerumunan pengunjuk rasa tak lama setelah keputusan itu.

"Tapi meski kami berada di bawah tekanan dan tertindas, kami tetap bersikeras pada hak asasi manusia dan kebebasan."

Salah satu perannya yang paling sukses adalah membawa perhatian internasional ke gerakan demokrasi Hong Kong.

Tugas itu terbantu karena dia fasih berbahasa Inggris, Kanton, dan Jepang, bahasa yang dia pelajari sendiri dengan menonton televisi dan acara online.

Dia segera membangun pengikut media sosial yang besar di Jepang pada khususnya. Akun Twitter-nya, yang sebagian besar menerbitkan postingan dalam bahasa Jepang, memiliki 458.000 pengikut.

Pada Selasa sore, tagar #freeagnes menjadi trending teratas di Twitter di Hong Kong, dan disebutkan di lebih dari 185.000 tweet.

Halaman Facebook terverifikasi Chow, yang mengumumkan penangkapannya pada Senin malam, memiliki 192.000 pengikut.

Tuduhan "Berkolusi dengan pasukan asing" adalah salah satu dari empat tindakan yang ditargetkan oleh undang-undang keamanan yang diberlakukan di Hong Kong pada 30 Juni lalu.

Sejak saat itu diskualifikasi politisi oposisi seperti Chow kini menjadi hal biasa di Hong Kong. Bulan lalu, 12 tokoh pro-demokrasi dicekal karena para pejabat menganggap pandangan politik mereka tidak dapat diterima.

Pelanggaran yang dikutip oleh pemerintah dalam diskualifikasi termasuk kritik terhadap undang-undang keamanan nasional yang baru dan memposting slogan protes di media sosial.

Tokoh Demosisto tahu bahwa mereka akan menjadi target utama undang-undang keamanan, dan membubarkan partai beberapa jam sebelum diundangkan.

Salah satu aktivis pro demokrasi Hong Kong Nathan Law melarikan diri ke Inggris pada minggu yang sama, karena takut menjadi sasaran penangkapan.

Semantara Chow dan Wong tetap di Hong Kong meskipun ada risiko.

Dalam kasus-kasus yang tidak terkait dengan undang-undang keamanan nasional, pasangan itu juga dituntut karena ikut serta dalam protes besar pro-demokrasi tahun lalu. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA