"Resesi yang disebabkan oleh pandemik virus corona telah menyebabkan penurunan PDB (produk domestik bruto) kuatal terbesar yang pernah tercatat," ujar Wakil Ahli Statistik Kantor Statistik Nasional (ONS), Jonathan Athow pada Rabu (12/8).
Jika dibandingkan dengan negara-negara lain, kontraksi kuartal II yang dialami oleh Inggris sangatlah buruk. Bahkan, data dari
The Guardian menunjukkan, kontraksi ekonomi Inggris untuk kuartal II paling buruk di antara negara-negara G7.
Kontraksi paling kecil dialami Jepang dengan 7,6 persen, lalu AS dengan 9,5 persen, Jerman dengan 10,1 persen, Kanada dengan 12 persen, Italia dengan 12,4 persen, Prancis dengan 13,8 persen, dan Inggris 20,4 persen.
Politisi Partai Buruh, Annaliese Dodds mencuit, ekonomi Inggris juga lebih buruk dari negara-negara Eropa lainnya. Di mana Uni Eropa secara keseluruhan mengalami penyusutan sebesar 11,9 persen pada kuartal II.
Ekonom dari Pantheon, Sam Tombs mengatakan, buruknya kontraksi yang dialami Inggris dikarenakan lambatnya penanganan Covid-19 yang dilakukan pemerintahan Perdana Menteri Boris Johnson.
"Kegagalan pemerintah Inggris untuk mengunci lebih awal dan membasmi Covid-19 dengan cepat menjadi salah satu kesalahan kebijakan ekonomi makro terbesar di zaman modern," ujarnya.
"Kita semua sudah membayar harga yang mahal," sambungnya.
Inggris sendiri baru memberlakukan kuncian atau
lockdown pada 23 Maret 2020. Negara-negara Eropa, seperti Jerman, Italia, dan Prancis sudah menetapkan kuncian jauh sebelum Inggris.
Saat ini, jumlah kasus Covid-19 di Inggris sudah mencapai lebih dari 313 ribu dengan angka kematian mencapai 46.526.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: