Masih berada di Taiwan, pada Rabu (12/8), Menteri Kesehatan AS Alex Azar mengatakan, dorongan untuk mengembangkan vaksin Covid-19 bukanlah untuk menjadi yang pertama, melainkan efektif dan aman.
Alih-alih, melansir
US News, pencapaian Rusia justru memicu keraguan mengenai keamanan vaksin Covid-19 yang disebut Sputnik V.
"AS menggabungkan kekuatan pemerintah, ekonomi, dan industri biofarmasi untuk memberikan secepat yang kami bisa untu kepentingan warga AS, juga orang-orang dunia, terhadap vaksin yang aman dan efektif," terangnya.
Selain itu, Azar mengungkap, AS sudah mendapatkan kontrak manufaktur lanjutan untuk vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan biofarmasi berbasis di Massachussetts, Moderna dan lima perusahaan lainnya.
Sebanyak empat dari enam perusahaan yang sudah menjalin kontrak dengan Washington sudah laporkan hasil pengujian Covid-19 yang baik. Di mana kandidat vaksin Covid-19 yang mereka kembangkan menghasilkan antibodi yang lebih banyak daripada orang-orang yang sembuh dari infeksi, tanpa efek samping yang parah.
Bahkan, dua perusahaan saat ini sudah memasuki uji klinis Fase 3, sama halnya dengan Spunik V buatan Rusia yang tidak dipublikasikan.
Azar menegaskan, proses pengembangan vaksin Covid-19 harus dilakukan sebaik mungkin agar bisa memproduksi "vaksin berstandar emas, aman, dan efektif" yang bisa tersedia dalam puluhan juta dosis pada akhir tahun.
Sementara itu, pada Selasa, Presiden Vladimir Putin mendeklarasikan, Rusia menjadi negara pertama yang berhasil mengembangkan vaksin Covid-19.
Saat ini, vaksin buatan Gamaleya Research Institute dan Kementerian Pertahanan Rusia sedang dalam tahap registrasi di otoritas federal. Meski sebenarnya, uji klinis Fase 3 masih dilakukan.
Terburu-burunya Rusia mendaftarkan vaksinnya membuat para ahli kesehatan khawatir dengan keamanan dari Sputnik V.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: