Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pro-Kontra Normalisasi Hubungan Israel-UEA, Hamas: Menusuk Rakyat Palestina Dari Belakang

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Jumat, 14 Agustus 2020, 08:40 WIB
Pro-Kontra Normalisasi Hubungan Israel-UEA, Hamas: Menusuk Rakyat Palestina Dari Belakang
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump/Net
rmol news logo Normalisasi hubungan diplomatik Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) yang ditengahi oleh Amerika Serikat (AS) telah menciptakan gelombang pro dan kontra di antara negara-negara dan berbagai pihak di dunia.

Palestina, berdasarkan pernyataan dari Presiden Mahmoud Abbas, mengutuk kesepakatan yang disebut dengan Abraham Accord tersebut pada Kamis (13/8).

Hal yang sama juga digaungkan oleh Hamas yang menyebut kesepakatan tersebut merupakan upaya "menusuk rakyat Palestina dari belakang".

Dalam pernyataannya yang dikutip Sputnik, Iran mencatat, UEA telah membuat kesalahan strategis dengan melakukan normalisasi hubungan bersama Israel.

"Pendekatan baru UEA untuk menormalkan hubungan dengan Israel yang palsu dan kriminal tidak menjaga perdamaian dan keamanan, tetapi melayani kejahatan Zionis yang sedang berlangsung," ujar penasihat senior jurubicara parlemen Iran, Hossein Amir Abdollahian.

"Perilaku Abu Dhabi tidak memiliki pembenaran, berbalik pada perjuangan Palestina. Dengan kesalahan strategis itu, UEA akan dilanda dalam api Zionisme," sambungnya.

Ketidaksepakatan juga digaungkan oleh Menteri Luar Negeri Yaman, Mohammed al-Hadrami.

"Posisi kami di Republik Yaman akan tetap konsisten dan tidak akan berubah terkait perjuangan Palestina dan hak-hak persaudarannya yang tidak dapat dicabut, yaitu pembentukan negara merdeka dengan Al Quds Al Sharif sebagai ibukotanya," ujar al-Hadrami dalam sebuah pernyataan.

Kendati begitu, beberapa negara Eropa, termasuk Mesir, menyambut baik kesepakatan tersebut.

Presiden Mesir bahkan memuji kesepakatan tersebut dengan memujinya sebagai upaya untuk mencapai kemakmuran dan stabilitas kawasan.

Austria menyebut kesepakatan tersebut adalah tanda kemenangan Timur Tengah.

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson mengatakan, keputusan tersebut adalah sebuah kabar baik.

"Saya sangat berharap bahwa aneksasi tidak dilanjutkan di Tepi Barat dan kesepakatan hari ini untuk menangguhkan rencana tersebut merupakan langkah yang disambut baik dalam perjalanan menuju Timur Tengah yang lebih damai," katanya, mengutip The Independent.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres juga menyambut kesepakatan tersebut dengan mengatakannya sebagai upaya untuk mempromosikan perdamaian dan keamanan di kawasan Timur Tengah.

Sebelumnya, Presiden Donald Trump mengunggah pernyataan bersama antara dirinya dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dan Wakil Panglima Tertinggi UEA, Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan (MBZ).

Di dalam pernyataan bersama tersebut, Israel dan UEA sepakat untuk melakukan normalisasi hubungan diplomatik. Israel juga sepakat untuk menangguhkan rencana aneksasi Tepi Barat. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA