Mogok kerja yang dilakukan pada Jumat (14/8) merupakan bentuk protes terhadap rencana pemerintah untuk menambah jumlah mahasiswa kedokteran sementara kesejahteraan para dokter magang dan residen belum terpenuhi.
Beberapa waktu lalu pemerintahan Presiden Moon Jae-in berencana untuk menambah 4.000 mahasiswa kedokteran selama 10 tahun ke depan agar mereka lebih siap untuk menghadapi krisis kesehatan seperti pandemik Covid-19.
Kendati begitu, mengutip
CNA, Asosiasi Medis Korea (KMA) mengatakan, Korea Selatan sudah memiliki lebih dari cukup dokter.
"Jumlah dokter per 1.000 orang telah meningkat 3,1 persen setiap tahun selama 10 tahun terakhir, enam kali lebih besar dari rata-rata OECD," ujar KMA dalam pernyataannya.
Alih-alih, mereka meminta agar pemerintah menambah tunjangan para dokter magang dan residen yang saat ini dalam pelatihan.
KMA mengungkap, ratusan dokter dan peserta pelatihan dijadwalkan melakukan protes di luar gedung parlemen pada Jumat malam.
Wakil Menteri Kesehatan Kim Gang-lip mengungkap, setidaknya 8.365 dari 33.836 fasilitas medis di Korea Selatan, termasuk klinik swasta, akan mengikuti aksi tersebut. Jumlah tersebut pun bisa meningkat.
Pengumuman mogok kerja para dokter di Korea Selatan muncul ketika Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC) melaporkan 103 kasus baru Covid-19, dengan 85 di antaranya transmisi lokal.
Totalnya, saat ini ada 14.873 infeksi Covid-19 di Korea Selatan dengan 305 kematian.
Saat ini, pihak berwenang tengah meninjau untuk memberlakukan pembatasan sosial yang lebih ketat. Termasuk membatasi pertemuan publik hingga maksimal 50 orang dari 100 orang.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: