Berdasarkan kesepakatan antara Amerika Serikat (AS) dan Taliban pada Februari, pemerintah Afganistan dan Taliban bertukar tahanan untuk mencapai dialog intra-Afganistan. Sebanyak 5.000 tahanan Taliban dibebaskan dengan imbalan yang sama terhadap 1.000 personel keamanan Afganistan.
Insiden perang kata tersebut terjadi pada Sabtu (15/8), beberapa hari setelah Presiden Ashraf Ghani menyetujui pembebasan 400 tahanan Taliban terakhir sebagai prasyarat untuk membuka jalan pembicaraan damai.
Mereka yang dibebaskan terakhir merupakan anggota Taliban yang dianggap paling berbahaya atau menjadi "inti" kelompok tersebut.
Dalam serangkaian cuitan yang dikutip
Anadolu Agency, jurubicara kepresidenan Afganistan, Sediq Sediqqi, menyebut dengan pembebasan "anggota berbahaya" tersebut, Taliban tidak memiliki alasan untuk menghindari pembicaraan damai.
"Lebih baik bagi Taliban untuk memahami realitas Afganistan modern. Pihak (lawan) utama mereka adalah pemerintah Republik Islam Afganistan, yang mewakili sebagian besar rakyat Afganistan," cuitnya dalam bahasa Dari dan Pashto, merujuk pada kegagalan Taliban untuk memulai diskusi dengan pemerintah Afganistan.
Sebelumnya, masih pada hari yang sama, jurubicara Taliban, Zabihullah Mujahid menegaskan, kelompok tersebut tidak mengakui "pemerintahan Kabul" sebagai sebuah pemerintah dan memandangnya sebagai "struktur impor Barat" yang bekerja untuk AS.
"Kami hanya menerima dan telah membuat persiapan untuk negosiasi yang dijelaskan dalam perjanjian bersejarah Doha dan itu adalah negosiasi intra-Afganistan yang mencakup semua pihak dalam konflik," ujarnya.
Sementara itu, berpidato pada upacara penutupan majelis musyrawarah, Loya Jirga, pada pekan lalu, Ghani mendesak Taliban untuk melakukan gencatan senjata.
"Sekarang, Taliban punya pilihan, mereka harus menunjukkan bahwa mereka tidak takut dengan gencatan senjata yang komprehensif. Tidak ada keberanian besar yang dibutuhkan untuk berperang, tapi untuk perdamaian," ujarnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: