Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Putin Siap Ulurkan Tangan, Akankah Protes Besar-Besaran Di Belarus Menemukan Titik Akhir?

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Senin, 17 Agustus 2020, 00:57 WIB
Putin Siap Ulurkan Tangan, Akankah Protes Besar-Besaran Di Belarus Menemukan Titik Akhir?
Presiden Belarusia Alexander Lukashenko dan Presiden Rusia Vladimir Putin/Net
rmol news logo Presiden Rusia Vladimir Putin menawarkan diri untuk membantu memastikan keamanan Belarusia yang saat ini tengah diwarnai aksi protes dan kekerasan di dalam negeri. Begitu kata Presiden Belarusia Alexander Lukashenko pada Minggu (16/8).
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Sadar bahwa protes jalanan skala besar yang kerap diwarnai kekerasan beberapa waktu terakhir merupakan tantangan terbesar dalam pemerintahannya sejak mengambil alih kekuasaan pada tahun 1994, Lukashenko pun kemudian meminta bantuan Moskow dan berbicara melalui sambungan telepon dengan Putin pada Sabtu (15/8). Dia mengatakan bahwa apa yang terjadi saat ini bukan hanya ancaman bagi Belarus.

Melansir The Moscow Times, setelah melakukan panggilan telepon itu, Lukashenko kemudian mengatakan kepada para pemimpin militer bahwa Putin telah menawarkan "bantuan komprehensif" untuk "memastikan keamanan Belarusia".

Langkah yang diambil Lukashenko untuk meminta bantuan Putin sebenarnya menarik. Pasalnya, hubungan antara Lukashenko dan Putin bak pasang surut air laut.

Lukashenko secara berkala kerap "memainkan" Rusia dan melawan Uni Eropa yang bertetangga tetangganya. Namun di sisi lain, Rusia juga adalah sekutu terdekat Belarusia yang memiliki ikatan erat dalam sektor ekonomi dan militer mereka.
Pada kampanye pemilihannya beberapa waktu lalu, Lukashenko juga pernah mengkritik Rusia dan orotitas keamanan Belarusia menahan 33 orang Rusia karena dicurigai merencanakan kerusuhan menjelang pemungutan suara.

Namun kini, Lukashenko menghubungi Putin untuk meminta bantuan saat ibukota Minsk dibanjiri lautan manusia yang berunjuk rasa sejak beberapa waktu belakangan.

Unjuk rasa itu sendiri dimulai sebagai bentuk kekecewaan warga atas hasil pemilu yang mengamankan posisi petahana, Lukashenko, untuk masa jabatan keenam. Komisi Pemilihan Umum Pusat Belarusia menyatakan bahwa Lukashenko mengantongi lebih dari 80 persen suara.

Keputusan itu membuat geram oposisi. Pihak oposisi menentang hasil tersebut dan menuding bahwa ada kecurangan besar yang terjadi di balik kemenangan Lukashenko. Sejak saat itu, oposisi dan massa yang menentang kemenangan Lukashenko pun turun ke jalan dan menyuarakan protes.

Aksi tersebut dibalas dengan tindakan keras dari polisi sehingga kekerasan dan kerusuhan tidak bisa terhindarkan.

Kini, dengan langkah Lukashenko meminta bantuan Rusia, pengunjuk rasa justru semakin geram.

"Jelas sekali bahwa presiden kami tidak bisa lagi berurusan dengan rakyatnya sendiri, dia mencari bantuan di timur," kata Alexei Linich, seorang programmer berusia 27 tahun yang ikut ambil bagian dalam aksi unjuk rasa jalanan di ibukota Belarusia.

"Jika Rusia campur tangan, itu akan menjadi yang terburuk. Saya sangat takut akan hal ini," kata pengunjuk rasa lainnya, Olga Nesteruk yang merupakan seorang desainer lanskap.

Kegeraman serupa juga dilontarkan oleh capres oposisi yang juga penantang Lukashenko dalam pemilu kemarin, Svetlana Tikhanovskaya.

Dia mengatakan bahwa langkah yang diambil Lukashenko tidak ubahnya seperti tabir asap yang menyamarkan betapa kebijakan Lukashenko sebenarnya pro-Rusia.

Shushkevich juga menolak gagasan Rusia mengirim pasukan untuk menopang kepemimpinan Lukashenko.

"Belarusia memiliki lebih banyak tentara per kapita daripada negara lain. Mereka tidak dibutuhkan," ujarnya, seperti dikabarkan Reuters. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA