Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

PM Armenia: Bagaimana Bisa Tercapai Perdamaian Jika Pihak Azerbaijan Tidak Merespon Upaya Kami?

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 17 Agustus 2020, 07:43 WIB
PM Armenia: Bagaimana Bisa Tercapai Perdamaian Jika Pihak Azerbaijan Tidak Merespon Upaya Kami?
Perdana Menteri Nikol Pashinyan/Net
rmol news logo Perdamaian antara Armenia dan Azerbaijan bisa terwujud jika kedua negara mendukung upaya-upaya untuk mewujudkan hal itu.  Namun, hingga saat ini Azerbaijan seperti tidak menyambut upaya damai yang diberikan Armenia. Tindakan sepihak tidak akan menghasilkan apa pun, keluh Perdana Menteri Nikol Pashinyan.

Dalam wawancaranya dengan BBC Hard Talk, Perdana Menteri Armenia itu mengaku telah menyodorkan formula perdamaian kepada pihak Azerbaijan yang ternyata proposal perdamaian itu tidak mendapat sambutan baik.

"Perdamaian tidak dapat dicapai melalui tindakan sepihak Armenia jika Azerbaijan akan membalas upaya Armenia. Sebagai Perdana Menteri, saya telah mengusulkan formula baru untuk perdamaian itu. Sayalah yang pertama yang pernah mengatakan bahwa solusi apa pun dari konflik Nagorno-Karabakh harus diterima oleh rakyat Azerbaijan juga. Tapi sayangnya, Presiden Azerbaijan tidak membalas proposal saya," keluhnya.

Pashinyan mengatakan bahwa Azerbaijan melancarkan serangan militer ke Armenia.
Dua negara yang kerap berperang terkait masalah klaim wilayah itu masih belum menemukan kesepakatan. Bentrokan berdarah di perbatasan Tavush pada 12 Juli lalu yang menelan korban jiwa, tak kunjung menemukan titik penyelesaian.

Bagi Pashinyan, penyelesaian konflik Nagorno-Karabakh harus dapat diterima oleh orang-orang Armenia, karena semua dilakukan untuk orang-orang Nagorno-Karabakh dan juga untuk orang-orang Azerbaijan.

"Presiden Azerbaijan mengembangkan retorika permusuhan yang mengatakan bahwa dia akan menyelesaikan konflik Nagorno-Karabakh menggunakan kekuatan militer. Sebagai akibat dari retorika pertengkaran itu, pemerintah Azerbaijan menghadapi tantangan untuk menjelaskan kepada masyarakatnya sendiri mengapa mereka tidak belajar dari kesalahan,” ujar Pashinyan.

Ketika disinggung tentang sikapnya yang telah dengan sengaja mengambil 'serangkaian tindakan provokatif, seperti mendatangi Stepanakert di Nagorno Karabakh dan berpidato mengatakan bahwa 'Artsakh adalah Armenia, titik!’ sehingga meningkatkan ketegangan di Nagorno-Karabakh, Pashinyan berkelit bahwa semua orang kini hanya saling tuduh.

"Semua menjadi saling tuduh. Tentang siapa memulai, dan siapa yang melanggar rezim gencatan senjata.  Ini terus berlanjut, lagi dan lagi. Kami mengusulkan untuk membentuk mekanisme internasional untuk menyelidiki pelanggaran gencatan senjata. Mengapa saya mengatakan bahwa Nagorno-Karabakh, Artsakh, adalah Armenia? Pertama-tama, Nagorno-Karabakh selama beberapa ribu tahun dihuni oleh penduduk asli Armenia. Dan ngomong-ngomong, nama Artsakh sudah berumur beberapa ribu tahun," jawab Pashinyan.

Majelis Umum PBB telah mengambil resolusi yang dengan jelas menuntut penarikan pasukan Armenia dari wilayah pendudukan Republik Azerbaijan segera. Menurut Pashinyan, pada kenyataannya 80–90 persen penduduk Nagorno-Karabakh adalah orang Armenia sendiri. Ketika Azerbaijan berusaha membersihkan wilayah itu dari Armenia, maka konflik pun dimulai.

“Kami mengusulkan kepada Azerbaijan untuk menghindari segala kemungkinan penggunaan kekuatan dalam solusi konflik Nagorno-Karabakh ini. Kita harus menyetujui formula yang sangat sederhana. Itu bukanlah solusi militer untuk konflik Nagorno-Karabakh," kata Pashinyan.

Ketika ditanya apakah ia sebagai Perdana Menteri siap mengakui bahwa di masa lalu, terutama di awal 1990-an dan akhir 1980-an, pasukan Armenia telah melakukan beberapa kejahatan serius terkait pelanggaran HAM selama perang di Karabakh, dan bersediakah dia untuk meminta maaf, Pashinyan menjawab diplomatis bahwa Armenia siap untuk melakukan kompromi.

"Setiap perang adalah rangkaian tragedi. Itulah sebabnya kami mengatakan bahwa mari kita mundur, mari kita tolak segala kemungkinan menggunakan kekerasan untuk solusi konflik Nagorno-Karabakh. Perdamaian apa pun adalah kompromi dan Armenia selalu siap dan siap untuk kompromi," tegasnya.

Ketika didesak apakah dia bersedia meminta maaf karena Pengadilan HAM Eropa telah mencatat adanya pelanggaran HAM oleh militer Armenia, Pashinyan menegaskan bahwa Pengadilan Eropa pun memiliki katalog serupa tentang kekejaman Azerbaijan.

“Saya hanya ingin tahu apakah Anda siap untuk bertanggung jawab dan meminta maaf atas pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan oleh pasukan Armenia. Cukup sederhana. Ya atau tidak," desak BBC Hard Talk.

Pashinyan tetap dengan tegas mengatakan, "Harus dibuktikan siapa yang melakukan kekejaman. Saya pikir orang-orang Armenia di Nagorno-Karabakh dan Azerbaijan adalah korban dan kami dapat membuktikannya kapan saja!" rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA