Informasi tersebut disampaikan oleh salah seorang sumber yang ikut dalam rombongan delegasi Afrika Barat yang berkunjung ke Mali pada Minggu (23/8).
"Junta telah menegaskan bahwa mereka menginginkan transisi tiga tahun untuk meninjau kembali fondasi negara Mali. Transisi ini akan dipimpin oleh sebuah badan yang dipimpin oleh seorang tentara, yang juga akan menjadi kepala negara," sumber di delegasi ECOWAS di ibu kota Bamako, seperti dikutip dari
AFP, Senin (24/8).
Sumber yang tak ingin disebutkan namanya itu mengatakan bahwa junta mengusulkan agar sebagian besar struktur pemerintahan berasal dari pihak militer.
Sumber itu juga mengatakan pihak junta tidak akan menghalagi Keita untuk bepergian ke luar negeri selama itu terkait dengan urusan kesehatan.
"Dan jika dia ingin bepergian ke luar negeri untuk pengobatan, itu tidak menjadi masalah," kata sumber tersebut.
Sementara itu Perdana Menteri Boubou Cisse, yang telah ditahan bersama Keita di sebuah pangkalan militer di luar ibukota tempat kudeta dimulai, akan dipindahkan ke tempat tinggal yang aman di kota itu.
Keterangan dari sumber itu diperkuat oleh pernyataan seorang pejabat junta yang mengkonfirmasi kepada
AFP tentang keputusan nasib Keita dan Cisse. Pejabat itu juga membenarkan mengenai usulan untuk mengangkat presiden dan para pejabat negara dari pihak militer selama tiga tahun masa transisi.
Kudeta merupakan ujung dari protes berbulan-bulan yang menyerukan agar Keita mengundurkan diri karena ketidakpuasan publik terhadap pemerintah yang dianggap tumbuh di atas pemberontakan militan Islam yang brutal serta runtuhnya ekonomi di negara itu.
Meski mendapat kecaman internasional, ribuan pendukung oposisi merayakan penggulingan presiden di jalan-jalan Bamako.
Junta mengatakan pihaknya telah "menyelesaikan pekerjaan" para pengunjuk rasa dan telah berjanji untuk menggelar pemilihan dalam waktu yang tepat.
Namun tetangga Mali telah meminta Keita untuk dipekerjakan kembali, dengan mengatakan tujuan kunjungan delegasi dari blok ECOWAS regional adalah untuk membantu memastikan segera kembalinya tatanan konstitusional, alih-alih pengambilalihan kekuasaan oleh para junta.
Kudeta yang terjadi pada Selasa pekan lalu adalah yang kedua kalinya terjadi di Mali selama kurun waktu delapan tahun terkahir. Hal itu telah meningkatkan kekhawatiran atas stabilitas regional karena pemberontakan jihadis yang sekarang mengancam negara tetangganya, Niger dan Burkina Faso.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.