Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Tak Ingin Ada Pertumpahan Darah, OIF Desak Pembebasan Keita

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Rabu, 26 Agustus 2020, 13:38 WIB
Tak Ingin Ada Pertumpahan Darah, OIF Desak Pembebasan Keita
Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita dalam sebuah konferesi pers awal 2020, tentang dialog dengan pemimpin jihadis/Net
rmol news logo . Junta militer yang merebut kekuasaan dari tangan Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita terus mendapatkan tekanan dari berbagai komunitas internasional.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Kali ini tekanan itu datang dari Organisasi Internationale de la Francophonie (OIF) yang telah mengambil keputusan untuk menangguhkan keanggotaan negara itu pada Selasa (25/8).

Pimpinan OIF menyetujui langkah tersebut pada sesi luar biasa yang diadakan melalui konferensi video, sambil menambahkan bahwa mereka akan memelihara kerjasama yang akan membantu penduduk sipil dan pemerintah transisi menuju demokrasi, seperti dikutip dari AFP, Rabu (26/8).

Keputusan itu diambil sehari setelah utusan dari blok Afrika Barat ECOWAS dan penguasa militer baru mengatakan mereka telah gagal menyetujui jadwal untuk mengembalikan Mali ke pemerintahan demokratis.

OIF juga menyerukan pembebasan presiden Ibrahim Boubacar Keita yang mengundurkan diri dari kekuasaan pekan lalu setelah pemberontakan militer, dengan mengatakan dia ingin menghindari pertumpahan darah.

Mereka juga mendesak agar negara mengadakan pembentukan pemerintahan transisi yang dipimpin oleh otoritas sipil secepat mungkin. OIF mengatakan akan mengirim delegasi tinggi ke Mali dalam beberapa hari mendatang.

Sejumlah komunitas internasional telah mengutuk kudeta 18 Agustus dan ECOWAS telah menangguhkan Mali dari barisannya.

ECOWAS sejauh ini memimpin komunitas internasional dalam mencoba menegosiasikan jadwal untuk kembali ke pemerintahan sipil dengan para pemimpin militer baru negara itu.

Tetapi kedua belah pihak mengatakan pada hari Senin bahwa mereka telah gagal mencapai kesepakatan - dan juga bahwa Keita tidak lagi ingin dikembalikan ke kekuasaan, yang merupakan salah satu tuntutan awal yang dibuat oleh ECOWAS.

Keita terpilih pada 2013 setelah dia mengkampanyekan dirinya sebagai kekuatan pemersatu di negara yang retak.

Dia terpilih kembali untuk masa jabatan kedua pada 2018 tetapi gagal membuat kemajuan melawan para jihadis dan kerusuhan etnis yang mereka nyalakan di pusat negara semakin merusak ekonomi yang sudah sakit-sakitan.

Kecaman atas hasil pemilihan legislatif yang telah lama tertunda pada bulan April memperkuat reputasinya yang tidak populer, dan pada bulan Juni sebuah gerakan protes lahir yang bertujuan untuk memaksanya mundur. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA