Untuk mendalami referendum tersebut,
Kantor Berita Politik RMOL pun menggelar acara diskusi bertajuk 'Mengenang Indonesia, Mengenang Timor Leste'.
Diskusi ini disiarkan secara virtual melalui aplikasi Zoom Cloud Meeting dengan menghadirkan narasumber wartawan senior Timor Leste Jose Antonio Belo dan dipandu langsung oleh CEO
RMOL Network yang juga Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Teguh Santosa.
Walau ada kendala jaringan, namun diskusi tersebut akhirnya bisa dilaksanakan hingga tuntas. Hadir pula dalam kesempatan tersebut mantan Wakil KSAD Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakri yang pernah bertugas sebagai Panglima Penguasa Darurat Militer di Timor Timur setelah jajak pendapat Agustus 1999.
Jose bercerita, referendum pemisahan diri Timor Timur dari Indonesia mendapat izin oleh Presiden B. J. Habibie. Namun, sesungguhnya konflik itu sudah dirasakan sejak tahun 1970an.
"Mayoritas masyarakat akhirnya menyatakan ingin merdeka. Dari situlah babak baru antara bangsa Indonesia dan Timor Leste dimulai," ungkap Jose pada Kamis (3/9).
Kendati begitu, dijelaskan Jose, peristiwa masa lalu itu tidak membuat hubungan Indonesia dan Timor Leste kini menjadi renggang. Menurutnya meski sudah berpisah, kedua bangsa ini merupakan saudara.
"Apa yang terjadi itu adalah masa lalu. Saat ini kita menjadi keluarga. Dalam segi politik hubungan kita baik. Begitu pula dalam hubungan ekonomi lebih saling menguntungkan," pungkasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: