Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Khawatir Jadi Korban Ledakan Seperti Beirut, Senegal Kirim Tiga Ribu Ton Amonium Nitrat Ke Mali

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Jumat, 04 September 2020, 06:07 WIB
Khawatir Jadi Korban Ledakan Seperti Beirut, Senegal Kirim Tiga Ribu Ton Amonium Nitrat Ke Mali
Pelabuhan Dakar/Net
rmol news logo Khawatir penduduknya menjadi korban ledakan seperti yang terjadi di Beirut pada 4 Agustus lalu, Pemerintah Senegal akhirnya mengeluarkan 3.050 ton amonium nitrat dari Pelabuhan Dakar dan mengirim zat berbahaya tersebut ke Mali.

Setelah ledakan Beirut, negara-negara yang memiliki pelabuhan berusaha keras untuk memastikan bahwa mereka tidak berada dalam situasi rentan yang serupa.

"Sampai saat ini, tidak ada amonium nitrat di pelabuhan Dakar," kata pernyataan yang dikeluarkan oleh departemen komunikasi pelabuhan pada Rabu (2/3) menambahkan bahwa evakuasi bahan berbahaya telah selesai pada Selasa, demikian dikutip dari NYT, Kamis (3/9).

Ledakan bulan lalu di Beirut terjadi ketika 2.750 ton amonium nitrat menyala dan meledak di gudang pelabuhan. Ledakan tersebut menewaskan hampir 200 orang dan melukai ribuan lainnya serta menyebabkan kerusakan material yang meluas sejauh 15 mil dari lokasi ledakan.

Pada saat penemuan pertama kali zat berbahaya itu di pelabuhan Dakar pada dua pekan lalu, Presiden Senegal Macky Sall langsung memerintahkan bahan tersebut dikeluarkan dari pelabuhan dan meminta menteri dalam negeri dan lingkungan negara itu untuk menyusun rencana nasional untuk memantau dan mengamankan penyimpanan bahan kimia yang dapat meledak.

3.050 ton amonium nitrat itu awalnya tiba di pelabuhan Dakar hampir sebulan yang lalu dan tengah menunggu pengiriman sedikit demi sedikit ke Mali yang merupakan bagian dari kemitraan perdagangan yang telah berlangsung lama.

Menurut laporan yang ditulis AFP, ada lebih dari 21 ribu ton bahan peledak tinggi dikirim ke pelabuhan Dakar dan selanjutnya diangkut ke Mali pada 2019.

Namun, pengiriman zat itu terhenti setelah kudeta yang dipimpin militer menutup perbatasan negara yang terkurung daratan itu pada pertengahan Agustus.

Setelah timbunan ditemukan, pemilik amonium nitrat diminta untuk mengekspor kembali bahan kimia tersebut dari pelabuhan Dakar dan mengeluarkan zat berbahaya itu dari negara tersebut. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA