Presiden Nicolas Maduro, mengumumkan setelah 120 tahun akhirnya negara itu kembali melalukan ekspor ternak hidup. Irak sebagai negara pertama pembeli ternaknya akan menerima sebanyak 3.700 hewan yang didapat dari Apure, Guárico, Portuguesa, Barinas, Cojedes, dan Aragua. Total berat hewan itu mencapai 1.600.000 kilogram.
“Sejak 2013, demam aphtose sudah tidak ada lagi di seluruh wilayah nasional, secara teknis diberantas, sehingga kita bisa menangani ternak tanpa masalah,†ujar Maduro dalam rapat kerja yang disiarkan oleh VTV, dikutip dari
Orinoco Tribun, Kamis (3/9).
Ini adalah ekonomi nyata yang berhasil dibangun negara itu.
“Kita tidak bisa membangun ekonomi kertas fiktif, kita harus membangun ekonomi yang nyata dan sejati, menghasilkan apa yang dibutuhkan masyarakat dan membangun ekonomi ekspor baru,†tegas Maduro.
Maduro juga melaporkan bahwa dia telah mengizinkan ekspor hingga 30 persen produk, sehingga pemasukan dari pajak yang didapatnya bisa untuk bidang pendidikan dan kesehatan, di antara sektor lainnya.
“Saya telah secara hukum mengizinkan ekspor hingga 30 persen produk. Kami akan mengubah Venezuela menjadi negara pengekspor,†katanya dalam siaran itu.
Ia menambahkan bahwa Venezuela memiliki kawanan sapi terbesar keempat di Amerika Selatan, setelah Brazil, Argentina dan Kolombia.
Menteri Pertanian dan Lahan Produktif, Wilmar Castro Soteldo, menekankan lagi bahwa Venezuela telah melanjutkan ekspor sapi yang pertama sejak akhir abad ke-19.
Jadi, kata siapa rakyat Venezuela kelaparan? Soteldo mengatakan, ekspor pertama ternak sapi ini adalah pembuktian bahwa perekonomian Venezuela yang dulunya dijajah berdasarkan sewa minyak dan bergantung pada impor makanan, sekarang bahkan mampu memelihara jutaan hewan. Sanksi AS menjadikan negeri ini mengambil langkah cepat untuk menyelamatkan rakyatnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: