Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Hasut Yunani Lawan Turki, Macron Punya Agenda Lain Dalam Konflik Mediterania Timur

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 05 September 2020, 07:24 WIB
Hasut Yunani Lawan Turki, Macron Punya Agenda Lain Dalam Konflik Mediterania Timur
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu/Net
rmol news logo Turki kembali mengulangi peringatannya kepada Prancis untuk mengakhiri sikap provokatif dan kolonialisnya di Mediterania Timur yang menjadi salah satu sumber utama ketegangan di kawasan itu.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu dalam pidatonya mengatakan bahwa Prancis memiliki agenda tersembunyi dibalik hasutannya kepada Yunani agar melawan Turki.

“Siapa yang menghasut Yunani melawan Turki? Perancis. Tapi ada agenda lain. Setelah rencananya untuk mendirikan negara teror di Suriah gagal, mereka mengambil sikap kurang ajar (terhadap Turki)," ujar Cavusoglu, merujuk pada pertemuan Presiden Prancis Emmanuel Macron dengan perwakilan YPG / PKK di Paris untuk menawarkan dukungannya, seperti dikutip dari Daily Sabah, Jumat (4/9).

"Apakah saya perlu meminta izin dari Prancis saat saya berperang melawan terorisme?” kata Cavusoglu kemudian.

Ankara telah berulang kali meminta Prancis untuk merevisi kebijakan ini dan bekerja sama dengan Turki, bukan dengan kelompok teroris. Kelompok teroris YPG/PKK, yang bertanggung jawab atas 40 ribu kematian dalam hampir 40 tahun aksi terornya melawan Turki, juga telah melakukan kampanye untuk mendirikan sebuah negara bagian di Suriah utara dengan dukungan dari Prancis dan AS.

Dukungan Paris untuk teroris YPG / PKK tidak terbatas pada arena diplomatik saja.
Pejabat Turki sebelumnya mengkritik transaksi raksasa semen Prancis Lafarge dengan YPG/PKK setelah pejabat perusahaan didakwa tetapi tidak dijatuhi hukuman atas pembayaran dan keterlibatan mereka dengan kelompok teroris.

Fasilitas penting Lafarge, seperti pabrik yang luas di Jalabiya, Suriah utara, sebuah kota yang terletak dekat dengan Ayn al-Arab, telah digunakan sebagai basis dan lokasi manufaktur untuk grup tersebut.

Cavusoglu juga mencatat bahwa Macron dilanda histeria setelah ia dibuat frustrasi oleh kekalahan pemberontak Libya Jenderal Khalifa Haftar saat melawan Pemerintah Kesepakatan Nasional yang diakui PBB, yang sebagian besar didukung oleh Turki.

“Dia (Macron) juga berbicara tentang pelecehan terhadap kapal-kapal Turki, tapi dia tidak bisa membuktikannya dan jatuh ke dalam aib. Jika Anda tidak dapat memberikan bukti atas klaim Anda, Anda harus meminta maaf,” kata menlu.

Peristiwa itu terjadi pada bulan Juni saat seorang pejabat Prancis mengklaim bahwa angkatan laut Turki telah melecehkan salah satu kapal perang Prancis yang mengambil bagian dalam misi NATO di Mediterania. Namun, Ankara membuktikan melalui rekaman video dan gambar radar bahwa kapalnya tidak terlibat dalam kegiatan semacam itu di Laut Mediterania.

Mengenai perkembangan terkini di Mediterania Timur, Cavusoglu mengatakan bahwa Yunani sekali lagi telah menunjukkan bahwa mereka tidak cocok untuk berdialog karena menolak mediasi NATO.

“Penolakan Yunani terhadap sekretaris jenderal NATO patut diperhatikan. Pertama-tama mereka menyetujui pembicaraan dengan Turki (mengenai Mediterania Timur), kemudian mundur. Yunani yang berbohong,” kata Cavusoglu dalam pidatonya di Ankara pada Jumat.

“Itu pihak Yunani yang menolak untuk memulai negosiasi tanpa prasyarat,” tambahnya.

Pada hari Kamis, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengumumkan bahwa Turki dan Yunani setuju untuk memasuki pembicaraan untuk membangun mekanisme dekonfliksi di Mediterania Timur. Dalam sebuah tweet, Stoltenberg mengatakan bahwa dia telah berdiskusi dengan para pemimpin kedua negara, dan mereka akan terlibat dalam pembicaraan teknis di NATO untuk mengurangi risiko insiden dan kecelakaan di wilayah tersebut.

Namun, di hari yang sama Yunani membantah telah setuju untuk mengadakan pembicaraan yang ditengahi NATO dengan Turki.

“Informasi yang dipublikasikan yang mengklaim Yunani dan Turki telah setuju untuk mengadakan apa yang disebut 'pembicaraan teknis' mengenai ketegangan yang menurun di Mediterania Timur tidak sesuai dengan kenyataan,” kata kementerian luar negeri Yunani.

Cavusoglu mengatakan Yunani akan kecewa jika mengharapkan Turki menyerahkan haknya di Mediterania Timur dan menerima persyaratan Athena.

Sementara itu Presiden Recep Tayyip Erdogan mengadakan panggilan konferensi video dengan Kanselir Jerman Angela Merkel untuk membahasa mengenai masalah regional dan perkembangan di Mediterania Timur pada kamis (3/9).

“Tidak dapat diterima bahwa beberapa negara mendukung sikap Yunani yang egois dan tidak adil,” kata Erdogan kepada Merkel.

Dia menambahkan bahwa Turki mendukung solusi pembagian yang adil di Mediterania Timur yang akan menciptakan win-win solution untuk semua negara pesisir sekaligus melindungi hak-hak Turki dan TRNC.

Erdogan mengatakan Yunani dan pemerintahan Siprus Yunani bersama dengan negara-negara yang mendukung mereka telah mengambil langkah-langkah yang meningkatkan ketegangan dan berkontribusi lebih jauh pada kebuntuan.

Erdogan menegaskan bahwa Turki akan selalu melindungi hak dan kepentingannya dari inisiatif yang melanggar hukum internasional. Selain itu, dia juga menyambut baik kontribusi Merkel untuk membantu menemukan solusi atas masalah yang merugikan perdamaian regional ini.

Cavusoglu juga mengkritik Macron yang dianggapnya mencoba mendiskreditkan pemerintah Lebanon selama kunjungannya setelah ledakan Beirut, sementara Turki ada di sana untuk memberikan bantuan.

“Dia pergi ke sana dengan cara penjajah dan mempermalukan presiden, pemerintah, dan rakyat mereka. Tapi kami pergi ke sana untuk membantu orang-orang di masa sulit,” katanya.

Bulan lalu, Macron mendapat kecaman setelah meminta presiden Lebanon Michel Aoun untuk menyingkir sebelum membuat pernyataan pers selama kunjungannya ke Beirut pasca ledakan Pelabuhan Beirut.

Dalam rekaman video yang dibagikan di media sosial, para pembantu Macron menyarankan Presiden Lebanon untuk mundur, sementara Presiden Prancis mengatakan kepadanya, “Sampai jumpa, Tuan Presiden.”  rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA