Bangsa Afrika Barat telah menderita konflik bertahun-tahun dengan militan Islam yang beroperasi di gurun Sahel yang luas dan tidak ramah, dengan ribuan tentara dan warga sipil terbunuh hingga saat ini.
Tentara nasional Niger bersama tetangganya Mali dan Burkina Faso telah dituduh melakukan kejahatan perang dalam operasi mereka, termasuk penghilangan paksa dan pembunuhan di luar hukum.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Niger sedang menyelidiki laporan Amnesty International dan kelompok hak asasi lainnya bahwa 102 warga sipil hilang di provinsi barat antara 27 Maret dan 2 April setelah operasi militer.
"Memang ada eksekusi warga sipil tak bersenjata dan misi menemukan sedikitnya 71 mayat di enam kuburan massal," kata Abdoulaye Seydou, presiden Jaringan Pan-Afrika untuk Perdamaian, Demokrasi dan Pembangunan, yang berpartisipasi dalam penyelidikan itu, seperti dikutip dari
AFP, Sabtu (5/9).
"Unsur-unsur Pasukan Pertahanan dan Keamanan (FDS) yang bertanggung jawab atas ringkasan dan eksekusi di luar hukum ini," tambahnya, seraya mengatakan mereka yang tewas diserang dengan senjata tajam dan senjata ringan.
Namun dia mengatakan penyelidikan tidak dapat menentukan apakah tingkat senior hierarki militer bertanggung jawab atas kematian tersebut.
PBB mengatakan, kekerasan jihadis mengakibatkan 4.000 kematian di Mali, Niger dan Burkina Faso tahun lalu, mereka mengutuk apa yang dikatakannya sebagai lonjakan tindakan kriminal oleh tentara nasional di Sahel pada awal tahun ini, termasuk lebih dari 100 eksekusi di luar hukum oleh tentara Mali antara Januari dan Maret.
Amnesty International melaporkan pada bulan Juni bahwa tentara Niger, Mali dan Burkina Faso telah bertanggung jawab atas hampir 200 orang hilang dalam waktu beberapa bulan.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: