“Berdasarkan janji yang kami buat pada KTT Paris 10 Juli 2020 lalu, serta dukungan yang kami terima dari Presiden (Emmanuel) Macron dan Kanselir (Angela) Merkel, maka pada Senin (7/9) di Brussel kami bertemu dengan pihak Serbia untuk berdialog tentang kesepakatan akhir adanya saling pengakuan dan normalisasi hubungan antara Kosovo dan Serbia,†tulis Hoti di Facebook, seperti dikutip
N1, Minggu (6/9).
Menurut Hoti, kesepakatan akhir hanya bisa dicapai setelah adanya pengakuan dari kedua negara.
“Tidak akan ada kesepakatan yang tidak akan menyelesaikan masalah untuk selamanya. Hanya akan ada kesepakatan akhir tentang saling pengakuan yang sistematis dan mencakup semua masalah yang perlu diselesaikan antara dua negara merdeka berdasarkan konvensi, standar, dan praktik internasional, yang mengatur hubungan antara dua negara merdeka,†tulis Hoti.
Pada Senin (7/9), Hoti dan Vucic dijadwalkan untuk melakukan pembicaraan di Brussel dengan Uni Eropa (UE) sebagai penengah setelah pada Jumat Kosovo-Serbia dipertemukan di Gedung Putih.
UE telah berupaya menjadi mediator pembicaraan antara Kosovo dan Serbia selama lebih dari satu dekade.
Para pejabat AS telah berkomukasi secara erat dengan para pejabat UE mengenai masalah normalisasi hubungan ekonomi antara Serbia dan Kosovo.
Pembicaraan Gedung Putih pada Jumat kemarin bukannya tanpa kejutan.
Sementara Gedung Putih mengatakan dialog hari itu adalah tentang kesepakatan ekonomi, di pihak Kosovo berharap ada dokumen yang mencakup ‘pengakuan’ antara dua negara Kosovo-Serbia.
Kesepakatan ekonomi yang ditandatangani Kosovo-Serbia tidak mencantumkan ‘saling pengakuan’.
Di jantung perselisihan antara negara bekas musuh itu, adalah penolakan Serbia untuk mengakui kemerdekaan Kosovo yang dideklarasikan secara sepihak pada 2008, seperti dikutip Voa News, Minggu (6/9).
Sebagian besar negara Barat -termasuk Amerika Serikat- telah mengakui kemerdekaan Kosovo. Tidak demikian dengan Rusia dan China.
Hoti mengatakan dia melihat kesepakatan ekonomi yang telah ditandatangani bersama adalah sebagai salah satu langkah menuju pengakuan.
“Kami melihat ini sebagai langkah besar menuju penyelesaian akhir, yaitu saling pengakuan. Saya telah menyatakan secara terbuka, bahwa bagi kami ini menunjukkan pencapaian besar menuju penyelesaian kesepakatan dengan Serbia,†katanya penuh harap.
Sementara itu, pada akhir hari pertemuan di Gedung Putih, Vucic mengatakan bahwa Serbia tetap pada keputusannya.
"Jika Anda bertanya kepada saya apakah Serbia akan menerima saling pengakuan, yang disebutkan di beberapa draf proposal, itu tidak akan berhasil untuk Serbia," katanya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: