Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Delapan Terdakwa Pembunuh Jamal Khashoggi Tidak Jadi Dihukum Mati

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Selasa, 08 September 2020, 05:57 WIB
Delapan Terdakwa Pembunuh Jamal Khashoggi Tidak Jadi Dihukum Mati
Jamal Khashoggi terbunuh dan dipotong-potong di konsulat Saudi di Istanbul pada Oktober 2018/Net
rmol news logo Pengadilan Kriminal Riyadh akhirnya mengumumkan hukuman penjara kepada delapan terdakwa yang terlibat dalam pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi, dalam sebuah persidangan yang dikritik oleh kelompok hak asasi manusia internasional, Senin (7/9).

Keputusan tersebut sekaligus mengungkap fakta dibatalkannya hukuman mati terhadap  delapan terdakwa.

Keputusan pengadilan tersebut disiarkan oleh TV pemerintah Saudi yang hanya mengungkapkan sedikit rincian tentang putusan akhir yang dikeluarkan terhadap warga negara Saudi, yang namanya tidak dipublikasikan.

Pengadilan memerintahkan hukuman maksimal 20 tahun penjara untuk lima terdakwa. Seorang lainnya menerima hukuman 10 tahun dan dua lainnya diperintahkan untuk menjalani tujuh tahun penjara, seperti dikutip dari AFP, Senin (7/9).

Pengadilan tersebut dikritik secara luas oleh kelompok hak asasi manusia dan penyelidik independen PBB, yang mencatat bahwa tidak ada pejabat senior atau siapa pun yang dicurigai melakukan pembunuhan yang dinyatakan bersalah. Independensi pengadilan juga dipertanyakan.

Sebelum pembunuhan, Khashoggi diketahui telah menulis kritik terhadap Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dalam sebuah kolom untuk Washington Post. Dia tinggal di pengasingan di AS selama sekitar satu tahun ketika Pangeran Mohammed mengawasi tindakan keras di Arab Saudi terhadap aktivis hak asasi manusia, penulis, dan kritikus perang kerajaan yang menghancurkan di Yaman.

Khashoggi terbunuh pada akhir 2018 di dalam konsulat Saudi di Turki.

Putusan itu diambil setelah putra Khashoggi mengatakan pada Mei bahwa mereka telah "mengampuni" para pembunuh.

Pada Oktober 2017, tim yang terdiri dari 15 agen Saudi dikirim ke Turki untuk bertemu Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul untuk apa yang menurutnya merupakan janji untuk mengambil dokumen yang diperlukan untuk menikahi tunangannya seorang warga negara Turki, Hatice Cengiz. Kelompok tersebut diduga termasuk seorang dokter forensik, petugas intelijen dan keamanan, dan individu yang bekerja untuk kantor putra mahkota.

Pejabat Turki menuduh bahwa Khashoggi dihabisi nyawanya lalu kemudian dipotong-potong dengan gergaji tulang. Hingga kini jasadnya belum ditemukan. Turki tampaknya telah menyadap konsulat Saudi dan telah berbagi audio pembunuhan tersebut antara lain dengan CIA.

Pembunuhan mengerikan, yang terjadi saat Cengiz menunggunya di luar gedung, menuai kecaman internasional.

Putra mahkota Saudi, yang mendapat dukungan dari ayahnya Raja Salman, menyangkal keterlibatan apa pun. Badan intelijen AS, bagaimanapun, mengatakan operasi seperti itu tidak mungkin terjadi tanpa sepengetahuannya dan Senat AS juga menuduh putra mahkota berada di balik pembunuhan itu.

Dalam sebuah wawancara di jaringan AS CBS '60 Minutes', Pangeran Mohammed mengatakan dia mengambil tanggung jawab penuh sebagai pemimpin di Arab Saudi. Tetapi dia bersikeras bahwa dirinya tidak memiliki pengetahuan tentang operasi tersebut, mengatakan dia tidak bisa melacak dari dekat jutaan karyawan negara. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA