Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Dewan Kerjasama Teluk Tuntut Permintaan Maaf Atas Penghinaan Di Konferensi Palestina

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Selasa, 08 September 2020, 07:36 WIB
Dewan Kerjasama Teluk Tuntut Permintaan Maaf Atas Penghinaan Di Konferensi Palestina
Presiden Palestina Mahmoud Abbas berbicara dalam pertemuan langka faksi-faksi Palestina yang bersaing, 3 September 2020/Net
rmol news logo Dewan Kerjasama Teluk (GCC) menuntut permintaan maaf dari para pemimpin Palestina atas pernyataan yang menyinggung Uni Emirat Arab (UEA) terkait  kesepakatan normalisasi dengan Israel.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh GCC pada Senin (7/9), Sekjen GCC Nayef Al-Hajraf mengecam adanya penghasutan dan ancaman dari para pemimpin Palestina selama pertemuan para kepala faksi Palestina pekan lalu.

"Sekretaris jenderal mengutuk kebohongan yang mempertanyakan sikap negara-negara Teluk dalam mendukung hak-hak warga Palestina. Juga menyerukan kepada para pemimpin Palestina yang bertanggung jawab yang berpartisipasi dalam pertemuan itu, yang dipimpin oleh Presiden Mahmoud Abbas, untuk meminta maaf atas pelanggaran dan pernyataan provokatif," kata GCC dalam sebuah pernyataan, dikutip dari MEE, Senin (7/9).

"Ini bertentangan dengan realitas hubungan antara negara-negara Dewan Kerjasama dan persaudaraan rakyat Palestina," sambung pernyataan itu.

"Proses pertemuan disiarkan di saluran televisi resmi Palestina, jadi harus ada permintaan maaf resmi atas pelecehan, hasutan, dan kecurigaan yang disebutkan beberapa orang," kata al-Hajraf.

Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas mengadakan konferensi di Ramallah pada Kamis malam lalu untuk membahas rencana persatuan nasional setelah kesepakatan normalisasi UEA-Israel.

Hadir dalam pertemuan itu para pemimpin faksi Palestina, termasuk Fatah, Hamas, Jihad Islam dan Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP). Pertemuan itu dalam upaya untuk menyuarakan kesatuan mengenai posisi Palestina pada peristiwa baru-baru ini.

Pertemuan itu hal yang jarang terjadi antara Otoritas Palestina yang didominasi Fatah dengan Hamas yang mengontrol Jalur Gaza.

Pernyataan bersama dari konferensi tersebut menekankan hak Palestina untuk menentukan nasib sendiri di semua wilayah pendudukan dan mengecam  normalisasi dengan Israel.

Namun, selama acara pertemuan di televisi, beberapa pejabat Palestina secara eksplisit mengkritik Abu Dhabi.

Misalnya, Abu Ahmad Fouad dari PFLP menyerukan untuk menendang negara-negara yang melakukan normalisasi keluar dari Liga Arab, mendesak pemboikotan Palestina terhadap negara-negara tersebut dan menyerukan rakyatnya untuk 'mengambil sikap' terhadap pemerintah mereka.

"Tidak masalah jika Anda tidak ingin mendukung kami. Minimal, Anda tidak perlu  melawan kami dengan mendukung musuh kami, itu saja," kata Fouad.

GCC terdiri dari Qatar, Kuwait, Bahrain, Oman, Arab Saudi, dan UEA. Perpecahan antara Doha di satu sisi dan Manama, Riyadh dan Abu Dhabi di sisi lain telah menghentikan upaya kerja sama di dalam blok itu sejak 2017. 

Sejauh ini, anggota GCC yang tersisa telah berkomitmen pada Inisiatif Perdamaian Arab yang mendorong pembentukan negara Palestina sebelum normalisasi UEA-Israel. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA