Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pemilu Makin Dekat, Trump Terus Nyalakan Api Perang Dagang Dengan China

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Selasa, 08 September 2020, 09:47 WIB
Pemilu Makin Dekat, Trump Terus Nyalakan Api Perang Dagang Dengan China
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dan Presiden China, Xi Jinping/Net
rmol news logo Pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) sudah berada di depan mata. Hanya tinggal kurang dari 60 hari hingga pemungutan suara dan pertahana, Presiden Donald Trump masih terus menyalakan api perselisihan dengan China.

Trump kembali mendorong gagasan untuk memisahkan ekonomi AS dan China, sebuah istilah yang dikenal sebagai decoupling. Presiden menegaskan, Washington tidak akan dirugikan jika tidak lagi berbisnis dengan Beijing.

"Jadi ketika Anda menyebut kata decouple, itu adalah kata yang menarik," ujar Trump dalam pidato Hari Buruh di Gedung Putih pada Senin (7/9).

Dalam kesempatan tersebut, dengan semangat yang berapi-api, ia berkomitmen untuk mengembalikan pekerjaan orang Amerika dari China.

"Kita kehilangan miliaran dolar dan jika kita tidak berbisnis dengan mereka, kita tidak akan kehilnagan miliaran dolar. Itu disebut decoupling, jadi Anda akan mulai memikirkannya," sambungnya.

Sejak awal terpilih pada 2016, Trump telah berkomitmen untuk menyeimbangkan kembali defisit perdagangan besar-besaran yang dialami oleh AS terhadap.

Pada 2018, istilah perang dagang antara AS dan China muncul. Meski pada saat yang sama, Trump juga memuji hubungan persahabatannya dengan Presiden Xi Jinping.

Menjelang pemilu untuk masa jabatannya yang kedua, Trump menuding lawannya dari Partai Demokrat, Joe Biden berusaha untuk bersikap lunak pada Beijing.

"Jika Biden menang, China menang, karena China akan menguasai negara ini," kata Trump.

Di sisi lain, Biden telah mengkritik kesepakatan perdagangan Fase 1 yang dibuat Trump dengan China. Menurut Bidan kesepakatan tersebu tidak dapat dilaksanakan dan "penuh dengan komitmen yang tidak jelas, lemah, dan didaur ulang dari Beijing".

Melalui pidatonya, Trump berjanji pemerintahannya yang kedua kali akan melarang kontrak federal dengan perusahaan yang melakukan outsourcing ke China dan meminta pertanggungjawaban Beijing karena dianggap bersalah atas penyebaran virus corona.

“Kami akan membuat Amerika menjadi negara adidaya manufaktur dunia dan akan mengakhiri ketergantungan kami pada China untuk selamanya. Apakah itu memisahkan, atau mengenakan tarif besar-besaran seperti yang sudah saya lakukan, kami akan mengakhiri ketergantungan kami di China, karena kami tidak bisa mengandalkan China," kata Trump.

"Kami akan mengembalikan pekerjaan dari China ke Amerika Serikat dan kami akan mengenakan tarif pada perusahaan yang meninggalkan Amerika untuk menciptakan lapangan kerja di China dan negara lain," tambahnya.

Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin pada Juni mengatakan, pemisahan ekonomi AS dan China akan terjadi jika perusahaan AS tidak diizinkan untuk bersaing secara adil dan setara dalam ekonomi China. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.