Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Imbas Aturan Larangan Masuk Baru, 200 Warga Malaysia Terjebak Di Bandara

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Selasa, 08 September 2020, 12:43 WIB
Imbas Aturan Larangan Masuk Baru, 200 Warga Malaysia Terjebak Di Bandara
Bandara Internasional Kuala Lumpur, Malaysia/Net
rmol news logo Sebanyak 200 warga Malaysia terdampar di Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA) selama berjam-jam karena aturan baru yang diberlakukan oleh pemerintah.

Mereka adalah warga yang baru kembali dari 23 negara yang masuk dalam daftar negara berisiko Covid-19 yang diberlakukan oleh pemerintah mulai Senin (7/9).

Pekan lalu, pemerintahan Perdana Menteri Muhyiddin Yassin mengumumkan aturan baru terkait izin para pelancong dengan menerapkan larangan masuk mereka yang datang dari negara berisiko tinggi Covid-19.

Di sana, terdapat pengecualian bagi warga Malaysia dengan semua dokumen yang memenuhi syarat.

Namun, ketika tiba, para pelancong menyebut tidak ada kamar hotel yang dapat menampung mereka untuk melakukan karantina. Alhasil, mereka dipaksa menunggu di dalam ruang tunggu bandara selama leboh dari 10 jam.

Jolene Yap, warga Malaysia yang baru kembali dari Inggris bersama 49 orang lainnya mengatakan, mereka dilarang pergi ke loket imigrasi meski telah menunjukkan surat persetujuan dari Komisi Tinggi Malaysia di Britania.

"Awalnya, kami dihentikan karena staf lapangan tidak yakin apakah orang Malaysia diizinkan masuk berdasarkan keputusan baru," ujarnya seperti dikutip The Strait Times.

“Setelah berjam-jam menunggu, petugas dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Nadma) mengatakan bahwa mereka tidak dapat menemukan kamar hotel untuk kami karantina," sambungnya.

Setelah itu, Yap mengatakan, pihak bandara memberikan para penumpang semua nomor telepon hotel dan mengatakan mereka harus memesan kamar sendiri.

Tetapi masalah muncul, ketika mereka menghubungi hotel, pihak hotel menyebut hanya Nadma yang diizinkan untuk memesan kamar karantina.

"Meskipun kami semua menyebut daftar nomor yang sama, kami diberitahu oleh hotel bahwa hanya Nadma yang dapat memesan kamar untuk karantina dan kami tidak dapat melakukannya sendiri," kisahnya.

"Kami telah diberi jalan memutar dan kami semua lelah karena penerbangan yang panjang ini," kata Yap yang frustrasi.

Setelah pukul 4 sore, Yap mengatakan ia dan para penumpang lainnya baru mendapatkan kamar untuk karantina secara berkelompok. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA