Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kecewa Dengan Vucic, Postingan Jubir Kemenlu Rusia Picu Perselisian Moskow-Beograd

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Selasa, 08 September 2020, 15:51 WIB
Kecewa Dengan Vucic, Postingan Jubir Kemenlu Rusia Picu Perselisian Moskow-Beograd
Juru bicara Maria Zakharova/Net
rmol news logo Dialog normalisasi ekonomi Serbia-Kosovo di Gedung Putih pada Jumat pekan lalu terus-terusan menuai kritik. Para sekutu Serbia mengungkapkan kekecewaan mereka pada langkah yang diambil Presiden Aleksandar Vucic. 

Setelah netizen China mengkritik kehadiran Vucic di Gedung Putih, Rusia juga ikut terlarut dalam kekesalannya melihat sosok Vucic di sana.

Sebuah posting media sosial yang dilakukan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia yang 'mengejek' Vucic berakhir dengan perselisihan antara dua sekutu erat dari jaman dahulu, yang belum pernah ada sebelumnya; Moskow dan Beograd.

Juru bicara Maria Zakharova memposting foto yang menunjukkan Presiden Serbia Aleksandar Vucic duduk di seberang Presiden AS Donald Trump di Oval Office di Washington. Dia memposting itu bersama dengan foto lain, adegan ikonik dari film thriller "Basic Instinct" yang menunjukkan Sharon Stone diinterogasi oleh polisi saat dia duduk bersila di kursi, sepert dikutip dari VOA News, Senin (7/9).
       
Zakharova mengejek Vucic dalam komentar di postingan Facebook, mengatakan dia diundang ke Gedung Putih untuk diinterogasi.
       
Atas postingan itu, Vucic dan pejabat Serbia lainnya bereaksi dengan marah.
       
"Primitivisme dan vulgar yang dia tunjukkan berbicara tentang dirinya sendiri, tetapi juga tentang mereka yang memberinya pekerjaan," kata Vucic kepada TV pemerintah, Pink TV.  
       
Tak lama kemudian, usai menarik kembali postingan itu pada Minggu malam, Zakharova meminta maaf. Lewat pesannya di Twitter ia mengatakan bahwa postingannya telah disalahartikan.

Bosnya, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, berbicara hari Minggu dengan Vucic, menekankan 'hubungan erat yang tulus' antara kedua negara, seperti yang disampaikan kantor kepresidenan Serbia.
       
Vucic mengatakan, ketika dia berada di Washington, dia berusaha membela hubungan dekat Serbia dengan Rusia, termasuk pembelian senjata dan penolakannya untuk menjatuhkan sanksi Barat terhadap Moskow atas kebijakannya di Ukraina.
       
Marko Djuric, seorang pejabat partai yang berkuasa di Vucic, membelanya di Twitter. 
       
“Presiden ini tidak mengucapkan sepatah kata pun yang buruk tentang Rusia, bahkan di tempat itu (Gedung Putih). Saya tidak akan mengizinkan Anda seenaknya menyerang Serbia. Tidak tahu malu!" tulis Djuric.
       
Meskipun secara resmi mencari keanggotaan di Uni Eropa, Serbia di bawah Vucic telah menjalin hubungan politik, ekonomi dan militer yang erat dengan Rusia dan China.
       
Trump mengumumkan pada Jumat bahwa mantan musuh masa perang Serbia dan Kosovo telah setuju untuk menormalkan hubungan ekonomi. Isi dari kesepakatan normalisasi itu termasuk di dalamnya adalah Beograd Serbia memindahkan kedutaannya ke Yerusalem, dan Israel akan mengakui kemerdekaan Kosovo. 
       
Pengumuman itu memberi Trump kemenangan diplomatik menjelang pemilihan presiden pada November dan mendorong pemerintahnya untuk meningkatkan kedudukan internasional Israel.
       
Perjanjian tersebut termasuk juga meminta Serbia untuk mendiversifikasi pasokan energinya, yang sekarang sepenuhnya berada di tangan Rusia. Yang ini, adalah sesuatu yang kemungkinan tidak akan disetujui oleh Moskow.

Agaknya, benar kata mantan presiden Serbia Boris Tadic. Ia mengatakan bahwa  dengan menerima poin-poin dari perjanjian Gedung Putih itu, berarti Vucic telah membahayakan posisi Serbia dalam hubungan baiknya dengan China dan Rusia. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA