Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Lugunya Vucic: Bayangkan, Presiden Dari Negara Kecil Ini Dapat Kesempatan Masuk Ke Oval Office Bicara Dengan Presiden AS

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Kamis, 10 September 2020, 06:19 WIB
Lugunya Vucic: Bayangkan, Presiden Dari Negara Kecil Ini Dapat Kesempatan Masuk Ke Oval Office Bicara Dengan Presiden AS
Presiden Serbia menyalami Presiden AS saat kesepakatan normalisasi Serbia-Kosovo di Gedung Putih/Net
rmol news logo Kepentingan Serbia adalah di atas segalanya. Atas dasar itu, Presiden Serbia Aleksandar Vucic mengklaim bahwa ia telah melakukan hal yang terbaik yang bisa dia lakukan. Vucic pun memberi komentar atas Banyaknya kecaman juga ejekan akan kehadirannya di Gedung Putih serta langkah yang diambilnya.

“Selama di Gedung Putih saya berperilaku bertanggung jawab, saya berperilaku sopan dan saya mendapat kehormatan dan kesempatan untuk percakapan yang sangat baik dengan (Presiden AS) Donald Trump,” kata Vucic, sambil menambahkan bahwa dia akan melakukan hal yang sama lagi di kemudian hari.

Dia mengatakan bahwa dia mencoba untuk memastikan bahwa semua yang diusulkan adalah untuk kepentingan Serbia dan orang lain di wilayah tersebut.
“Tugas saya adalah melakukan semua yang saya bisa untuk negara saya, untuk Serbia,” tekannya, seperti dikutip dari N1, Rabu (9/9).

Serbia dan Kosovo menandatangani kesepakatan normalisasi ekonomi pada Jumat (4/9). Kesepakatan itu ditengahi oleh Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih.

Kesepakatan yang akhirnya dicapai setelah dialog dua hari itu mencakup rencana bagi Israel dan Kosovo untuk menjalin hubungan diplomatik, di mana Beograd akan memindahkan kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerusalem, dan Kosovo akan mengakui Israel dengan membangun kedutaan di negara itu. Sebagai imbalannya Israel akan mengakui kemerdekaan Kosovo. Hal yang justru sangat menyakiti hati Serbia.
Sementara, Presiden Donald Trump yang juga menandatangani dokumen tersebut menyebutnya sebagai perjanjian itu ‘bersejarah’.

Namun, belakangan Vucic menekankan bahwa pertemuan di Washington tidak menyebutkan bahwa Serbia memberi pengakuan kemerdekaan untuk Kosovo.

“Tetapi yang dilakukan di sana adalah mereka ingin kami tidak mempermasalahkan Israel mengakui kemerdekaan Kosovo.  Tidak, kami tidak ingin ambil bagian dalam itu," kata Vucic kepada harian Dnevni Avaz Sarajevo dalam sebuah wawancara.
Dia menambahkan bahwa Israel adalah negara berdaulat, memiliki hak untuk melakukan apa yang diinginkannya, tetapi Serbia telah mengirim pesan yang sangat jelas kepada Israel.

"Saya pikir kami telah membuat kesepakatan yang sangat baik dengan Amerika. Sangat penting bagi Serbia untuk melakukan peningkatan ekonomi,” katanya.
"Setelah sekian lama, Pristina setuju untuk berpartisipasi dalam apa yang kami sebut 'mini Schengen', yang merupakan hal luar biasa bagi Albania, bagi orang Serbia, tetapi juga Bosnia," jelas Vucic.

Saat disinggung soal dirinya dipermalukan karena harus duduk di kursi kecil di depan meja presiden AS di Oval Office hingga nampak seperti seorang karyawan bertemu bosnya, Vucic mengatakan bahwa pikiran itu tidak pernah terlintas dalam benaknya.

“Bayangkan, presiden dari salah satu negara kecil di kawasan ini mendapat kesempatan untuk masuk ke Oval Office, melakukan pembicaraan bilateral sendirian dengan Presiden AS. Lalu ketika kursi dibawa untuknya, dia berkata: Maaf, saya tidak tertarik di kursi ini, saya akan menendangnya dan pergi dan saya tidak peduli tentang AS karena jenis kursi sangat penting untuk kesombongan saya? Tentu saja, pikiran itu tidak pernah terlintas di benak saya,” ujar Vucic. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA