Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Demo Berujung Rusuh, Sembilan Tewas Ratusan Terluka Di Bogota

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Jumat, 11 September 2020, 11:24 WIB
Demo Berujung Rusuh, Sembilan Tewas Ratusan Terluka Di Bogota
Bus Transmilenio terbakar setelah protes keras terhadap kebrutalan polisi di Bogota, Kolombia, 10 September 2020/Net
rmol news logo Setidaknya telah ada sembilan orang yang dilaporkan tewas dan ratusan luka-luka dalam aksi protes di ibu kota Kolombia, Bogota dan kota satelit Soacha pada Kamis (10/9) malam waktu setempat.

Para pengunjuk rasa itu memprotes kebrutalan polisi Kolombia dalam menegakkan aturan ketat pemerintah kota yang meminta penduduk untuk tetap tinggal di dalam rumah sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19.

Mereka marah atas kematian seorang mahasiswa hukum Javier Ordonez minggu ini, yang mati setelah ditangkap kemudian diduga disiksa oleh pihak kepolisian. Sebuah video yang direkam dan beredar secara luas oleh teman Ordonez menunjukkan ayah dua anak itu berulang kali disetrum dengan senjata bius oleh polisi. Dia meninggal kemudian di rumah sakit.

Sekitar 300 pengunjuk rasa berkumpul sekali lagi Kamis (10/9) sore waktu setempat di luar kantor polisi di Villa Luz, tempat Ordonez dibawa sebelum kematiannya pada hari Rabu (9/9).

“Berapa banyak yang akan kamu bunuh hari ini. Pihak berwenang yang seharusnya melindungi kita sedang membunuh kita!” teriak salah seorang pengunjuk rasa, Alejandra Pulido.

Babi, babi, babi! teriak kerumunan, ketika petugas polisi dengan perisai anti huru hara berdiri di depan patung Bunda Maria. Beberapa orang melemparkan batu ke arah polisi yang berkumpul, sementara yang lain menyemprotkan grafiti pada perisai anti huru-hara mereka.

Sejak protes dimulai Rabu (9/9) di Bogota dan kota satelit Soacha, sedikitnya sembilan orang tewas sementara ratusan warga sipil dan petugas polisi terluka.

Walikota Bogota Claudia Lopez mengatakan orang harus kembali ke rumah mereka pada malam hari, untuk meredakan ketegangan.

“Meski tidak ada jam malam di Bogota, kami minta selambat-lambatnya pukul tujuh, semua yang bisa, harap tetap di rumah,” kata Lopez dalam siaran langsung Facebook, seperti dikutip dari AFP, Jumat (11/9).

Namun, ketika mendekati pukul tujuh para demonstran melemparkan batu dan botol ke arah polisi, menyerang jendela stasiun dengan rambu jalan yang dicabut dan bagian depan pos dibakar sebentar.

Polisi yang mulai terdesak kemudian menanggapi dengan gas air mata dan granat flash-bang yang membuat pengunjuk rasa berlarian.

“Lebih dari 60 orang menderita luka-luka terkait senjata,” kata kantor walikota. Lopez membandingkan kerusuhan itu dengan hari-hari terburuk konflik bersenjata Kolombia .

Video Ordonez menunjukkan dia dijepit di tanah oleh petugas polisi dan disetrum secara berurutan pada Rabu pagi saat dia memohon, "tolong, jangan lagi."

Polisi mengatakan Ordonez ditemukan minum alkohol di jalan bersama teman-temannya, yang melanggar aturan jarak akibat virus corona . Dia kemudian dibawa ke kantor polisi di Bogota barat.

Dua petugas yang dicurigai terlibat dalam dugaan pelecehan terhadap Ordonez telah ditangguhkan menunggu penyelidikan, kata pemerintah.

Keluarga Ordonez kemudian menyerukan keadilan dan protes damai.

“Dia dibunuh oleh petugas polisi,” kata saudara iparnya, Eliana Marcela Garzon, kepada Reuters. "Kami tidak ingin (kematian) di negara yang sudah penuh konflik, kami menginginkan keadilan,” tambahnya.

Reformasi polisi diperlukan, kata Garzon, terutama untuk masa depan anak-anak seperti keponakan-keponakannya yang sekarang sudah yatim.

“Saya tidak ingin mereka tumbuh dengan perasaan seperti tidak ada keadilan di negara ini. Saya ingin mereka tumbuh dengan mengetahui hukum diikuti,” katanya.

Presiden Ivan Duque mengatakan penyalahgunaan wewenang tidak boleh ditoleransi, tetapi pemerintah meminta warga Kolombia untuk tidak ‘menstigmatisasi’ petugas polisi dan meminta ketenangan.

Sementara itu, Kementerian Pertahanan Kolombia mengatakan polisi Bogota akan diperkuat dengan 1.600 lebih petugas dan 300 tentara untuk mengendalikan keadaaan.

“Apa yang terjadi di sini adalah tindakan vandalism dan kekerasan massal,” kata Menhan Carlos Holmes Trujillo.

Upaya serikat pekerja awal pekan ini untuk menghidupkan kembali protes massal tahun lalu terhadap kebijakan ekonomi dan sosial Duque mendapat tanggapan hangat di tengah pembatasan virus corona yang sedang berlangsung .

Tetapi kematian Ordonez dapat memicu kemarahan baru terhadap polisi, yang dikritik secara luas tahun lalu setelah seorang pengunjuk rasa remaja terluka parah oleh proyektil pasukan anti huru hara. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA