Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Negosiasi Pasca-Brexit Kian Rumit, Dua Mantan PM Inggris Salahkan Boris Johnson

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Minggu, 13 September 2020, 15:53 WIB
Negosiasi Pasca-Brexit Kian Rumit, Dua Mantan PM Inggris Salahkan Boris Johnson
Mantan Perdana Menteri Inggris, John Major dan Tony Blair/Net
rmol news logo Mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair dan John Major mengecam penerusnya, Perdana Menteri Boris Johnson yang berusaha mengancam perdamaian dan kredibilitas global Inggris.

Blair mantan PM dari Partai Buruh dan pendahulunya, Major dari Partai Koservatif mengatakan, upaya Johnson untuk membatalkan bagian dari perjanjian Brexit yang telah disepakatinya sendiri adalah memalukan bagi Inggris.

Dalam sebuah opini yang ditulis oleh keduanya di Sunday Times, dijelaskan bahwa manuver Johnson yang mengejutkan dapat membahayakan perdamaian dengan Irlandia Utara yang sudah berlangsung selama lebih dari dua dekade.

“Ini menimbulkan pertanyaan yang jauh melampaui dampaknya terhadap Irlandia, proses perdamaian dan negosiasi untuk kesepakatan perdagangan, meskipun itu penting. Itu mempertanyakan integritas bangsa kita. Jika pemerintah berhasil dalam rencananya, keberanian konstitusional apa yang akan melampaui itu?" demikian tulisan keduanya yang dikutip Sky News.

Menjelang akhir negosiasi perdagangan pasca Brexit, Johnson mengusulkan RUU Pasar Internal terkait Irlandia Baru. Uni Eropa memberikan waktu tiga pekan bagi Inggris untuk mengubah isi RUU tersebut sebelum memberikan tindakan hukum.

Selain tekanan dari Uni Eropa, Johnson juga menghadapi pemberontakan dalam partainya sendiri atas RUU tersebut, yang menurut pengakuan pemerintah melanggar hukum internasional.

"Kami berdua menentang Brexit," tulis Blair dan Major.

“Kami berdua menerima itu sekarang terjadi. Tetapi cara negosiasi ini, dengan alasan yang dikesampingkan untuk mengejar ideologi dan pemboman yang angkuh yang menyamar sebagai diplomasi serius, adalah tidak bertanggung jawab, salah pada prinsipnya dan berbahaya dalam praktiknya," tekan mereka.

Menanggapi tulisan Blair dan major, mantan Menteri Kehakiman Inggris, David Gauke mengatakan, RUU tersebut secara terang-terangan melanggar hukum internasional.

"Ini akan mempersulit negara lain, tidak hanya Uni Eropa, tapi di seluruh dunia, untuk mempercayai Inggris di masa depan dan itu bukan kabar baik," ujarnya.

"Entah dia (Johnson) gagal memahami apa yang telah ia tanda tangani, atau ia menandatangani sesuatu dengan itikab buruk. Terus terang itu menunjukkan kebohongan atau ketidakmampuan," tandasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA