Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Tolak Microsoft, ByteDance Pilih Oracle Untuk Jalankan Operasi TikTok Di AS

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Senin, 14 September 2020, 08:21 WIB
Tolak Microsoft, ByteDance Pilih Oracle Untuk Jalankan Operasi TikTok Di AS
ByteDance tolak Microsoft untuk ambil alih operasi TikTok di Amerika Serikat/Net
rmol news logo Perusahaan teknologi asal China, ByteDance telah menolak tawaran Microsoft untuk mengambil alih operasi TikTok di Amerika Serikat (AS).
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Microsoft mengumumkan penolakan ByteDance atas tawarannya terhadap TikTok pada Minggu (13/9), menjelang batas waktu yang telah ditetapkan Presiden Donald Trump pada 15 September.

"ByteDance memberi tahu kami hari ini bahwa mereka tidak akan menjual operasi TikTok AS ke Microsoft," demikian bunyi pernyataan dari pihak perusahaan yang dikutip Sputnik.

Dalam pernyataannya, Microsoft memaparkan, pada Agustus pihaknya telah memberikan proposal terkait peningkatan keamanan, privasi, hingga memerangi disinformasi untuk platform tersebut.

"Kami yakin proposal kami akan baik untuk pengguna TikTok, sekaligus melindungi kepentingan keamanan nasional," jelas perusahaan.

Sementara itu, mengutip sumber anonim, Reuters melaporkan, ByteDance telah memilih Oracle sebagai pemenang tender untuk operasi TikTok di AS.

Oracle merupakan perusahaan perangkat lunak multinasional Amerika yang melisensikan perangkat lunak database-nya, bersama dengan sistem rekayasa cloud.

TikTok yang merupakan platform video singkat telah dinyatakan akan dilarang di AS jika tidak menjual operasinya di AS ke perusahaan yang berbasis di Amerika sebelum 15 September.

Langkah tersebut dilakukan oleh Trump melalui perintah eksekutif di tengah kekhawatirannya akan adanya ancaman keamanan nasional. Di mana TikTok diduga menjadi alat pengawas yang dikenalikan oleh Beijing dan dapat ikut campur dalam pemilihan presiden AS pada November.

Sebagai tanggapan, TikTok menggugat pemerintahan Trump atas perintah eksekutif tersebut, dengan alasan bahwa memblokir TikTok akan berarti menghilangkan penciptaan 10 ribu pekerjaan di Amerika dan merugikan jutaan orang Amerika yang beralih ke aplikasi ini untuk hiburan, koneksi, dan mata pencaharian sah yang penting terutama selama pandemi Covid-19.

China yang menjadi "alasan" secara terbuka mendukung langkah TikTok untuk menggugat Trump. Pada saat yang sama, Beijing juga menolak tuduhan adanya koneksi antara server aplikasi dengan jaringan intelijennya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA