Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Normalisasi Hubungan Israel-Dunia Arab, 'Senjata' Terakhir Trump Untuk Menangkan Pemilu AS

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Senin, 14 September 2020, 15:36 WIB
Normalisasi Hubungan Israel-Dunia Arab, 'Senjata' Terakhir Trump Untuk Menangkan Pemilu AS
Muhammad Najib dalam RMOL World View/RMOL
rmol news logo Pekan kemarin bangsa Palestina kebali dibuat "menangis" setelah Bahrain menjadi negara Arab kedua setelah Uni Emirat Arab (UEA) yang memilih untuk menormalisasi hubungan dengan Israel.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Di sisi lain, langkah tersebut disambut hangat bukan hanya oleh Israel tapi juga oleh Amerika Serikat.

Dalam sebuah cuitan di Twitter akhir pekan kemarin (Sabtu, 12/9), Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut bahwa momen ini adalah terobosan yang bersejarah.

Bukan tanpa alasan Trump merasa begitu senang dengan hal tersebut. Pasalnya, sejak beberapa bulan terakhir, dia merupakan sosok yang gencar mengkampanyekan apa yang dia sebut dengan Kesepakatan Abad Ini (Deal of the Century) yang juga mencakup soal perdamaian Israel-Palestina. Selain itu, dia juga gencar mendorong negara-negara Arab untuk memperbaiki hubungan dengan Israel.

Pengamat politik Islam dan demokrasi Muhammad Najib dalam webinar RMOL World View bertajuk "Siapa Pembela Sejati Palestina?" yang dilangsungkan oleh Kantor Berita Politik RMOL.ID pada Senin siang (14/9) mengatakan bahwa kampanye terbaru Trump di Timur Tengah itu sebenarnya tidak lebih dari upaya politik Trump jelang pemilu presiden Amerika Serikat November mendatang.

"Kali ini Donald Trump sangat agresif sebagai broker atau mediator untuk mendamaikan Israel dan dunia Arab," kata Najib.

"Ini sebenarnya adalah bagian kampanye Trump yang kedodoran dalam melawan pesaingnya Joe Biden (dalam pemilu Amerika Serikat)," sambungnya.

Pasalnya, jajak pendapat independen yang muncul di Amerika Serikat beberapa waktu belakangan semakin mengunggulkan Biden daripada Trump.

"Tapi unggulnya Joe Biden ini bukan karena kehebatan Joe Biden, melainkan karena banyaknya keburukan Trump. Dengan kata lain, Trump sebenarnya dikalahkan oleh dirinya sendiri," jelas Najib.

Menyadari kondisi tersebut, sambung Najib, Trump agaknya menggunakan kampanye mendukung Israel di Timur Tengah sebagai "senjata terakhir" untuk mendongkrak elektabilitasnya.

"Apa yang dilakukannya ini (Trump) adalah bagian dari kampanye. Donald Trump berharap bahwa dengan kampanye sebagai mediator perdamaian Arab-Israel ini bisa dongkrak elektabilitasnya," sambungnya.

"Karena jelas perdamaian ini dilakukan mengikuti skenario Israel. Tentu kesepakatan ini menguntungkan Israel. Ini adalah agar kelompok evangelis yang dukung Israel, khususnya kelompok Yahudi yang menguasai media media massa, lembaga-lembaga keuangan dan figur politik penting bisa total mendukung Trump," paparnya.

"Trump berharap elektabilitasnya meningkat karena kampanye konfensional tidak akan mengubah keadaan calon pemilih," demikian Najib. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA