Tikhanovskaya hingga saat ini masih memiliki pandangan yang dibilang konsisten, mengatakan bahwa pengunduran Lukashenko sebagai presiden adalah prasyarat untuk menyelenggarakan pemilihan yang bebas, adil, dan transparan. Singkat dia mengatakan: "Kami ingin negara lain, kami ingin presiden lain."
Berbicara kepada France 24 dari ibu kota Lithuania Vilnius, Tikhanovskaya menyesalkan pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Belarusia Alexandr Lukashenko di Sochi pada Senin (14/9).
"Kami benar-benar minta maaf bahwa Putin, dia berpihak pada diktator tapi tidak berpihak pada rakyat Belarusia," katanya, seperti dikutip dari AFP, Senin (14/9).
Pemimpin oposisi itu juga menepis kekhawatiran bahwa Rusia mungkin merencanakan intervensi militer di Belarus seperti yang terjadi di Ukraina, dengan mengatakan bahwa masalah di negaranya adalah urusan internal mereka.
Tikhanovskaya mengatakan bahwa meskipun dia dan para pemimpin oposisi lainnya telah bertemu dengan pejabat asing, tidak ada pertemuan atau kontak semacam itu yang terjadi dengan pejabat Rusia.
Berbeda dari sebelumnya, nampaknya Tikhanovskaya lebih tenang saat menceritakan suaminya yang kini masih dipenjara. Dia mengatakan bahwa Sergei, suaminya, diperlakukan dengan adil dan menambahkan bahwa hal yang sama berlaku untuk sesama tokoh oposisi Maria Kolesnikova, yang ditangkap minggu lalu.
Kini, pemimpin oposisi itu meminta UE dan AS untuk memberikan sanksi individu pada anggota kepemimpinan rezim, Lukashenko. Dia menggambarkan Lukashenko sebagai penjahat, mengatakan bahwa orang-orang sudah muak dengan rezim yabg dipimpin pria berusia 66 tahun itu.
“Kami ingin negara baru, aman dan bebas, di mana anak-anak kami tidak menjadi budak sistem,†pungkasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: