Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Detik-detik Menuju Peresmian Kesepakatan Damai Israel Dan UEA-Bahrain Di Gedung Putih

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Selasa, 15 September 2020, 14:12 WIB
Detik-detik Menuju Peresmian Kesepakatan Damai Israel Dan UEA-Bahrain Di Gedung Putih
Bendera Amerika Serikat, UEA, Israel, dan Bahrain/Net
rmol news logo Hari ini, Selasa (15/9), Israel bersama dengan Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain akan menandatangani kesepakatan bersejarah, di mana dua negara Arab tersebut akan menormalisasi hubungannya dengan Tel Aviv secara resmi.

Difasilitasi oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, penandatanganan tersebut akan dilakukan di Gedung Putih pukul 16.00 GMT atau sekitar 23.00 WIB, seperti diwartakan Reuters.

Penandatanganan sendiri akan dilakukan oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dengan Menteri Luar Negeri UEA, Sheikh Abdullah bin Zayed al-Nahyan dan Menteri Luar Negeri Bahrain, Abdullatif Al Zayani.

Acara tersebut dilakukan berselang sebulan setelah pengumuman normalisasi Israel dan UEA pada 13 Agustus dan beberapa hari setelah pengumuman yang sama antara Israel dan Bahrain pada 11 September. Keduanya diumumkan oleh Trump.

Dengan adanya kesepakatan tersebut, maka UEA dan Bahrain menjadi negara ketiga dan keempat yang menormalkan hubungan dengan Israel setelah Mesir pada 1979 dan Yordania pada 1994.

Palestina yang Menangis

Keputusan UEA dan Bahrain untuk berdamai dengan Israel membuat Palestina menangis. Berulang kali Palestina mengemukakan kecamannya atas dua kesepakatan tersebut.

"Ini adalah tusukan di belakang perjuangan Palestina dan rakyat Palestina, seperti kesepakatan UEA-Israel yang diumumkan bulan lalu," seorang pejabat tinggi dari Otoritas Palestina, seperti dikutip dari AFP, Sabtu (12/9).

Membela Palestina, Iran dan Turki sangat vokal mengutuk kesepakatan damai yang dilakukan oleh UEA dan Bahrain dengan Israel. Teheran dan Ankara mengatakan, keputusan untuk menormalisasi hubungan dengan Israel adalah pengkhianatan terhadap perjuangan bangsa Palestina.

Menjelang Pemilihan Presiden AS 2020

Upaya Trump untuk membantu menormalkan hubungan antara Israel dan negara-negara Arab merupakan usahanya untuk menarik dukungan menjelang pilpres pada 3 November 2020.

Pengamat politik dunia Islam, Muhammad Najib pada Senin (14/9) bahkan mengatakan keagresifan Trump sebagai mediator bagi Israel dan negara-negara Arab merupakan bagian dari kampanye-nya yang sulit melawan kandidat dari Partai Demokrat, Joe Biden. Mengingat hasil jajak pendapat menunjukkan, Biden masih unggul dari Trump.

"Apa yang dilakukannya ini (Trump) adalah bagian dari kampanye. Donald Trump berharap bahwa dengan kampanye sebagai mediator perdamaian Arab-Israel ini bisa dongkrak elektabilitasnya," jelasnya.

Trump sendiri dikenal mendapatkan dukungan dari kaum Kristen Evangelis yang mendukung Israel. Dalam hal ini, Trump berusaha untuk mempertahankan suara Evangelis, khususnya kelompok Yahudi yang menguasai media media massa, lembaga-lembaga keuangan dan figur politik penting. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA