Hal itu diketahui dari laporan
Israel Hayom yang menulis bahwa Kesultanan Oman bersedia untuk menormalkan hubungan dengan Israel, tetapi mereka ragu bahwa hubungannya dengan Iran akan sangat dirugikan jika mereka membuat langkah tersebut.
Surat kabar itu mengatakan bahwa Oman adalah satu-satunya negara Teluk yang memiliki hubungan dengan Iran, mencatat bahwa Bahrain ragu-ragu untuk menyetujui normalisasi hubungan dengan Israel karena takut akan tanggapan Iran, sebab dua pertiga dari populasi negara itu adalah Syiah.
Setelah UEA mengumumkan sedang membangun hubungan resmi dengan negara pendudukan, Bahrain melakukan langkah serupa.
"Oleh karena itu, negara-negara lain segera melakukan langkah yang sama," lapor surat kabar itu, seperti dikutip dari
Memo, Selasa (15/9).
Sementara itu, surat kabar tersebut juga melaporkan apa yang diklaimnya sebagai konsensus di antara diplomat Arab bahwa Arab Saudi tidak akan pindah ke hubungan terbuka penuh dengan Israel karena kewajibannya terhadap perjuangan Palestina.
Pernyataan ini datang bersamaan dengan deklarasi Kepala Mossad Israel Yossi Cohen pada Minggu malam bahwa negara-negara lain sedang membuat kesepakatan dengan Israel.
Cohen sebelumnya mengatakan bahwa Oman, yang memuji kesepakatan Emirat dan Bahrain dengan Israel, dapat meresmikan hubungan dengan negara itu.
Pada 2018, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengunjungi Oman dan bertemu dengan pemimpin saat itu Sultan Qaboos.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: